Ilustrasi berhubungan seksual

Sex pra-nikah, (di sini, perkawinan tak berfungsi dalam dunia sex ini) telah terjadi dan merambah ke segenap lapisan usia; setiap laki-laki dan perempuan setelah akil balig, bisa melakukannya. Ada banyak peluang (dan sangat gampang didapat) untuk itu. Akibatnya, tak sedikit kehamilan pada usia remaja, kematian akibat gagal aborsi, dan tak terhitung anak yang terlahir sebelum menikah.

Sex pra-nikah (SPN), bisa terjadi pada mereka (pasangan) yang masih pacaran, mereka (pasangan) sudah bertunangan, atau pun laki-laki dan perempuan usia dewasa yang belum menikah (namun butuh penyaluran energi seksnya); bisa dilakukan dengan pacar, tunangan, ttm, atau pun dengan laki-laki dan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja sex komersial,

SPN bisa terjadi kapan saja dan dilakukan oleh siapa pun; di sini, dalam arti SPN yang dilakukan secara sengaja dan dengan persetujuan bersama (para pelakunya), dan bukan karena paksaan atau pun kekerasan serta perkosaan. Jika SPN dilakukan oleh mereka yang sudah dewasa namun belum menikah, mungkin kita bisa maklumi, karena itu merupakan hak private masing-masing orang. Akan tetapi, jika dilakukan oleh para ABG, maka ini adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Tak sedikit ABG yang sudah dan pernah melakukan SPN, bahkan lebih dari satu kali, kemudian hamil. Jika mereka hamil, maka bisa jadi akibat dari sudah berulang kali melakukan SPN; Lalu, siapa yang disalahkan!? sulit untuk menjawab, namun kita, para ibu bisa mencegahnya atu menutup peluang agar mereka tidak melakukan SPN.

Kita, para ibu, mungkin tak punya banyak waktu untuk ada dan terus menerus ada di/dalam dunia putera-puteri, namun bisa juga sewaktu-waktu piknik di/ke dalam dunia mereka. Dalam arti, tak sama sekali tidak buta terhadap musik, gaya, teman main, tempat nongkrong, dan juga teman-teman, serta (ini yang cukup penting) siapa-siapa yang sering pergi bersamanya.

Menurut catatan yang didapat oleh/dan dari suami saya;  ABG yang melakukan SPN, dan kemudian hamil, bukan semata-mata kesalahan satu dua orang atau pun institusi tertentu. Jadi, tak perlu saling melempar. Ada banyak penyebab, antara lain

  1. Orang Tua; banyak orang (menulis dan bicara) berpendapat bahwa yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Mereka salah mendidik; tidak memberi perhatian; dan berbagai tidak lainnya. Patutkah orang tua disalahkan!? Bisa jadi ya dan bisa juga tak selamanya benar. Ortu, karena kesibukan dan keterbatasannya, tak bisa mengawasi abg (anak mereka) selama 24 jam
  2. Guru; tidak sedikit yang menyalahkan guru; guru sebagai salah satu penanggungjawab atau bertanggungjawab abg ml pra-nikah, karena mereka tidak mendidik anak-anak didiknya dengan baik dan benar; guru tak mengajari abg-abg tersebut tentang sex education yang benar, sehingga mereka uji coba sendiri, dan hamil. Apakah semua guru memang seperti itu!? Tentu tidak. Dan juga, inter aksi guru-anak didik, rata-rata 5-6 jam per hari, tentu tak semua hal mereka bisa berikan pada anak didiknya
  3. Agama –  pendidikan agama – tokoh-2 agama; mereka-mereka ini juga dituding sebagai yang gagal membina akhlak – moral – rohani – dll, sehingga umat mencapai penghayatan iman yang memadai. Nah …. jika yang ini, bisa jadi paling bertanggungjawab. Tak sedikit siswa ABG yang hamil tersebut, dari wilayah-wilayah dominan beragama yang fanatik, dan siswa madrash serta smp kristen (yang bisa dikatakan pendidikan agamanya lebih baik dari sekolah-sekolah umum)
  4. Kemudahan mengakses internet, situs/web porno, dan sejenisnya; ini juga dijadikan biang kerok abg ml dan kemudian hamil. Kemudahan mengakses Internet, patut di salahkan!? Waduh, ini adalah salah satu asbun. Di mana pun di dunia, orang inginkan aga mudah dan cepat mengakses internet, bukan sebaliknya. Mengakses Internet bukan lagi salah satau gaya hidup modern tetapi  kebutuhan; bagaikan butuh kopi dan dan teh soreh dan pagi. Nah
  5. Smart HP – hp cerdas, yang bisa mengakses internet, vidio,  dan lain-lain; nah yang juga sebagai salah satu media penyebab abg ml dan hamil. Mungkin, ini ada benarnya, karena semakin mudah vidio sex beredar, kemudian mereka, para abg-abg tersebut melakukan uji coba setelah menonton dari hp mereka
  6. Pemberitaan di/pada media massa, sinetron, film tv, bioskop, dan sejenisnya. Ini juga tak selamanya benar atau mungkin saja salah besar. Saya ko’ belum menemukan bintang ftv, sinetron, dan sejenisnya, ketika smp telah hamil; atau sudah ada , tapi ku tak tahu
  7. Pergaulan – gaya pergaulan metropolitan. Banyak orang juga mengatakan bahwa gaya pergaulan metropolitan (yang mereka lihat di media, misalnya gegap gempita Jakarta di TV), juga sebagai salah satu sumbangan pergaulan bebas.

Jika kita telah sedikit menemukan penyebab tersebut, maka tentu saja, mulai berupaya untuk masuk ke dalam penyebab itu, dan kemudian menutup pintunya, sehingga putri-putra kita tidak bisa menerobos ke dalamnnya.

Brosur edukasi seks 1

OPA JAPPY