WhatsApp Image 2024-02-26 at 15.14.02

Citayam, Jawa Barat | Anda, ya, diriku yang sementara baca, pernah mendengar kata Halu? Pastilah! Ungkapan yang sering diucapkan Generasi Milenial X, Y, Z, bahkan Mak-mak pun juga sering ucapkan.

Lalu, Apa sich Si Halu tersebut?

Halu merupakan, ungkapan singkat dari Halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi pada seseorang ketika (ia, mereka) mendengar, merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Juga merupakan sensasi yang diciptakan oleh/dalam pikiran seseorang tanpa data, bukti, fakta, atau pun sumber-sumber nyata.

Halusinasi bersifat (i) sementara, dan (ii) gangguan medis. (i) muncul ketika salah satu anggota keluarga baru saja meninggal dunia. Ia/mereka (yang berduka) seolah-olah mendengar (suara dari yang baru meninggal) atau melihat “bayangan terlihat hidup;” halusinasi seperti ini biasanya menghilang seiring hilangnya kedukaan dan kesedihan, (ii) gangguan medis, lihat di bawah

Penyebab Medis

Umumnya Halusinasi muncul karena berbagai faktor. Misalnya,

  1. Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan gejala psikosis
  2. Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura, delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer
  3. Konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain, amfetamin, dan heroin
  4. Demam, terutama pada anak atau lansia
  5. Gangguan tidur
  6. Penyakit berat, seperti gagal ginjal atau gangguan hati stadium lanjut, HIV/AIDS, kanker otak, cedera kepala, dll
  7. Efek samping obat-obatan

Jenis Halusinasi

  1. Halusinasi Pendengaran, misalnya mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain; suara tersebut dapat berupa instruksi, percakapan, alunan musik, atau bahkan langkah kaki
  2. Halusinasi Penglihatan, misalnya seolah melihat sesuatu (objek, pola visual, manusia, atau cahaya), tapi sebetulnya tidak ada
  3. Halusinasi Penciuman, misalnya mencium aroma wewangian atau bau yang tidak sedap atau merasa bahwa tubuhnya berbau busuk, padahal nyatanya tidak
  4. Halusinasi Pengecapan, misalnya merasakan sensasi bahwa sesuatu yang dimakan atau diminumnya memiliki rasa yang aneh
  5. Halusinasi Sentuhan, misalnya merasa seolah disentuh atau digelitik padahal tidak ada orang lain di sekitarnya
  6. Halusinasi Data. Penderita biasanya menyatakan memiliki data, fakta, bukti, bahkan teori yang telah dibuktikan secara Ilmiah (semuanya hanya hasil rekaan sendiri). Padahal, ketika diminta untuk memperlihatkan apa-apa yang ia/mereka sebutkan; ternyata tidak bisa dan tak ada. Penderita Halusinasi Data umumnya selalu melawan atau berseberangan dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sebenarnya; mereka juga menolak semua data, bukti, dan fakta-fakta yang ditunjukkan. Misalnya para pengusung dan pengikut Teori Konspirasi, Anti-science, Kalangan Akademisi Tanggung (yang tak lengkap belajar), serta Para Pecundang, terutama para Politisi (terutama yang Oposisi).

Dari semua Penderita Halusinasi (di atas) yang menarik (padaku) adalah Politisi Penderita Halusinasi Data, plus para pengikutnya; apalagi pada/dalam Sikon Menang Kalah hasil 14 Februari 2024

Politisi Penderita Halunistic

Saya setuju dengan banyak pendapat bahwa Halusinasi Sementara (i), halu itu biasa dan Normal, tapi halusinasi karena gangguan kejiwaan dan penyakit fisik (ii), jika tidak tertolong maka bisa lari-lari bugil di jalan raya karena ODGJ Akut. Selain itu, Halusinasi (i dan ii) bisa menjadi sebagai Penderita Akut, walau belum selevel ODGJ Parah.

Umumnya orang atau penderita Halunistic selalu (ingin) meyakinkan orang lain dengan data-data, bukti-bukti, dan fakta-fakta rekaan (ngarang, halu, ngasal); serta menurut diri sendiri benar; merasa paling tahu, dan terbenar.

Nah! Model Politisi Halunistic seperti itulah yang sementara bergerilya di mana-mana. Mereka merasa diri terbenar, paling tahu, dstnya, serta orang lain harus mendengar plus ikuti. Politisi Halunistic berupaya meyakinkan para pengikutnya, apalagi yang kurang pendidikan, serta sesamanya oposisi dan barisan sakit hati, agar menerima hasil halusinasinya sebagai kebenaran (karena menurutnya terbukti benar) walau menabrak norma-norma, etika, fakta ilmu pengetahuan, dan Undang-undang.

Orang-orang seperti itu, tidak cocok di dalam Rancangbangun Demokrasi, Berbangsa. dan Bernegara

Lalu, Siapa Mereka? Silahkan Anda Temukan di Sini-Sana, Mungkin juga Ada yang Teman atau Sahabatmu.

Mereka Enaknya Diapain?


Opa Jappy, Indonesia Hari Ini
WA +62 81 81 26 858