Screenshot_20231008_062905_Samsung Notes

Bogor, Jawa Barat | Narasi Kuno “Legenda Zigurat Babel,” sekian abad yang lalu,  menunjukkan bahwa adanya Pengembangan Teknologi, Kerja sama, Keinginan tetap menyatu, tidak terpisah, Kebersamaan, Kesetaraan. Di dalamnya  mencerminkan Unity, Persatuan, Liberty, Kebebasan, Fraternity, Persaudaraan.

Namun, keindahan “Komunitas Babel” tersebut bubar, kemudian dikenal sebagai Kegagalan Pembangunan Menara Babel; serta menyisakan pemisahan manusia seturut Bahasa atau pun Dialek. Dalam keterpisahan tersebut, mereka terpencar secara geografis; kemudian membangun komunitas baru (pada tempat baru). Inilah asal mula terjadinya komunitas.

Pada tempat baru terjadi  interaksi sosial, inter dan antar manusia, hal yang paling mendasar adalah Persatuan, Persahabatan, Hubungan Darah, Kekerabatan. Di dalamnya ada kesetaraan, cinta kasih, saling memperhatikan, dan lain-lain. Mereka menyatu dan bersatu, geografis, lokasi, ideologi, ritus-ritus, kebiasaan, bahasa, dan lain sebagainya.

Komunitas yang membesar dan berkembang di suatu lokasi, melakukan pemisahan Wilayah atau tempat, namun tetap menyatu karena kesamaan “Identitas Komunitas.” Semakin banyak komunitas (yang sama itu) kemudian berkembang menjadi, apa yang disebut, Bangsa. Itulah, asal mula terbentuk suatu Bangsa. Sehingga Bangsa bisa disebut lahir dari  komunitas yang membangun dan memobilisasi kelompok masyarakat berdasarkan kesamaan identitas ras, agama, kultur, bahasa, solidaritas, sosial-politik-ekonomi, dan lain sebagainya.

Identitas Bangsa dan Kebangsaan

Studi Anthropology menunjukkan bahwa “mereka” yang disebut Bangsa, memiliki sejumlah kesamaan Kebangsaan. Hal tersebut, umumnya sama atau mirip, antara lain

  1. Menyatu pada wilayah yang relatif berdekatan, mudah saling menjangkau dan mobilitas
  2. Kesamaan Postur tubuh, warna kulit dan rambut, bentuk tengkorak
  3. Kesamaan dan kemiripan dialek, bahasa
  4. Kesamaan sistem dan interaksi sosial, mata pencarian
  5. Kesamaan ritus-ritus atau penyembahan, ideologi, nilai-nilai, kekerabatan

(Coba Anda Renungkan, “Apa saja yang merupakan Identitas Bangsa Indonesia”)

Tercipta Bangsa Israel di Wilayah Levant

Levant ( / l ə ˈ v æ n t / atau /ləˈvɑnt/) adalah istilah geografis historis yang mengacu pada wilayah luas di wilayah Mediterania Timur di Asia Barat. Digunakan saat ini dalam arkeologi dan konteks budaya lainnya, wilayah ini setara dengan Siprus dan sebidang tanah yang berbatasan dengan Laut Mediterania di Asia barat: yaitu wilayah bersejarah Suriah (“Greater Syria”), meliputi Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, Palestina dan sebagian besar Turki di barat daya Efrat tengah. Mewakili jembatan darat antara Afrika dan Eurasia. Dalam pengertian historisnya yang paling luas, Levant mencakup seluruh Mediterania Timur beserta pulau-pulaunya; mencakup semua negara di sepanjang pantai Mediterania Timur, mulai dari Yunani hingga Cyrenaica di Libya timur .

Levan adalah nama terkuno dari area yang sekarang disebut Israel, Gaza, sekitaran Sungai Yordan dan Dataran Tinggi Golan. Levan termasuk atau ada dalam “garis semu besar” Bulan Sabit Hijau yang subur, dari Mesopotamia, memutar ke Pesisir Laut Tengah, dan berlanjut di Delta dan Sungai Nil.

Sejak masa lalu, wilayah Levan, yang subur, dinilai sangat penting karena merupakan titik temu Bangsa-bangsa Kuno dari Eropa, Afrika, Asia, demi kemudahan perdagangan. Itulah sebabnya, pada kisah Abraham/Ibrahim, ia menerima Levan sebagai tanah milik/pusaka, atau Tanah Perjanjian.

Dari Abraham, muncul/lahir Ishak (meneruskan kepemilikan Levan), Ismail (mengembara ke Selatan Levan, pada masa itu, Arab belum dikenal dan tak ada pada pentas sejarah). Dari Ishak, lahir Yakub, yang kemudian berganti nama menjadi Israel. Ini asal mula nama Israel sebagai Komunitas.

Komunitas Yakub atau Israel inilah yang tinggal di Mesir selama 400an tahun. Dan, eksodus ke Levan pada masa Musa, Yosua dan Kaleb. Pada akhir abad 13 Masehi, Prasasti Merneptah di Mesir, terdapat kata “Israel,” merujuk pada suatu bangsa (bukan suatu tempat) yang mendiami wilayah Levan, dan disebut “Kanaan.”

Bangsa yang disebut “Israel” tersebut, kemudian menyebut Tanah Tempat mereka tinggal sebagai Israel. Mereka membangun Kerajaan Bersatu pada masa Raja Saul, Daud, Salomo. Kemudian, terjadi Pemisahan Kerajaan. Dua kerajaan bersaudara: Israel dan Yehuda (asal mula istilah “Yahudi”).

Sekitar tahun 722 SM, kerajaan Israel ditaklukkan oleh kekaisaran Neo-Asiria, yang berpusat di daerah yang sekarang disebut Irak. Dalam istilah geografis kuno, “Israel” sudah tidak ada lagi. Pada masa ini, muncul Komunitas Orang Samaria, yang paling kuno, merupakan bagian dari Suku-suku di Israel Utara. Belakangan, sekitar tahun 700 SM, mereka terusir dari wilayahnya. Suku-suku Israel Selatan juga terusir dari wilayahnya, Yehuda digulingkan. Ibukotanya, Yerusalem, ditaklukkan, Bait Suci Yahudi dihancurkan, dan banyak penduduk Yehuda yang diasingkan ke Babilonia. (Setelah masa pembuangan berakhir kurang dari 70 tahun, wilayah bekas kerajaan Yehuda menjadi pusat agama Yahudi selama hampir tujuh abad, meskipun Bait Suci yang dibangun kembali dihancurkan lagi pada tahun 70 M oleh bangsa Romawi).

Praktis ada daerah, terutama di Utara, yang kosong penduduknya. Pada area yang kosong itulah, penguasa Babel, yang menaklukkan Israel, menempatkan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, suku, bangsa agama ke wilayah Orang-orang Samaria kuno tersebut, (ketika Romawi dan Khalifah menguasai Israel, mereka pun menempatkan banyak orang pada wilayah itu). Keturunan mereka itulah yang menjadi Orang Samaria atau The Samaritan.

Palestina
Pada tahun 135 M, Bangsa Yahudi melakukan upaya pelepasan diri Kekaisaran Romawi. Roma menanggapi dengan keraa, upaya pelepasan itu, gagal. Kaisar Roma menilai sebagai pemberontakan Yahudi.

Agar tak ada lagi pemberontakan  Kaisar Romawi Hadrianus, melakukan pengosongan wilayah, mengusir orang-orang Yahudi dari Yerusalem. Dan mengganti dengan orang dari wilayah sekitar serta keharusan mutlak taat pada Kaisar Romawi. Wilayah Bangsa Yahudi tersebut menjadi bagian dari entitas baru yang disebut “Suriah-Palestina.”
“Palestina” diambil dari nama wilayah pesisir Filistin kuno, musuh-musuh bangsa Israel (nenek moyang orang Yahudi).

Setelah penaklukan Islam di Timur Tengah pada abad ketujuh, orang-orang Arab mulai bermukim di wilayah yang dulunya bernama “Palestina”. Terlepas dari sekitar 90 tahun dominasi Tentara Salib, tanah itu berada di bawah kendali Muslim,  meskipun pemukiman Yahudi juga tetap ada, populasinya sebagian besar adalah orang Arab.

Kembali ke Awal, Ciri atau kesamaan Umum suatu Bangsa dan Kebangsaan, antara lain, Menyatu pada wilayah yang relatif berdekatan, mudah saling menjangkau dan mobilitas; Kesamaan Postur tubuh, warna kulit dan rambut, bentuk tengkorak; Kesamaan dialek, bahasa; Kesamaan sistem dan interaksi sosial, mata pencarian; Kesamaan ritus-ritus atau penyembahan, ideologi, nilai-nilai, kekerabatan. Lalu, bagaimana dengan apa yang disebut Bangsa Palestina? Pastinya, mereka bukan turunan Etnis Filistin (yang aslinya dari pulau-pulau di Laut Tengah, dan datang ke Levan, karena alasan ekonomi).

Perhatikan. Yang sekarang disebut “Bangsa Palestina”

  1. Berasal dari luar Levan, Israel, Yehuda.
  2. Mereka adalah pendatang dan didatangkan dari luar
  3. Tidak memiliki “Leluhur Asal Mula” Palestina
  4. Postur tubuh, warna kulit dan rambut, bentuk tengkorak, tidak seperti ciri Penduduk Asli Levan atau pun Israel dan Yehuda
  5. Mereka, “Bangsa Palestina” tidak memiliki dialek dan bahasa asli Mereka berbahasa Arab dan Ibrani
  6. Mereka tak memiliki kesamaan sistem dan interaksi sosial, mata pencarian, ritus-ritus atau penyembahan, ideology, nilai-nilai, kekerabatan. Justru mengikuti ciri-ciri Budaya Arab dan Agama Islam

Dari sekedar ciri-ciri itu,  “Apakah Orang-orang Palestina, bisa disebut Bangsa Palestina?”

Monggo Jujur Menjawab

(Opa Jappy | Indonesia Hari Ini)


Israel Hamas, Mari Kita Jujur Berpikir

Israel. Nama “Israel” pertama kali muncul menjelang akhir abad ke-13 SM dalam Prasasti Merneptah di Mesir; merujuk pada bangsa (bukan suatu tempat) yang mendiami wilayah yang saat itu disebut “Kanaan.”

Bangsa Itu, awalnya adalah Komunitas Nomaden; dan pernah berada di Mesir sekitar 400 tahun. Mereka kemudian exodus dari Mesir, ke Wilayah Leluhur, (Abraham atau Ibrahim).

Beberapa abad kemudian di wilayah tersebut, setelah Raja-raja Saul, Daud, Salomo, ada dua kerajaan bersaudara: Israel dan Yehuda (asal mula istilah “Yahudi”).

Sekitar tahun 722 SM, kerajaan Israel ditaklukkan oleh kekaisaran Neo-Asiria, yang berpusat di daerah yang sekarang disebut Irak. Dalam istilah geografis kuno, “Israel” sudah tidak ada lagi.

Yehuda. Kurang dari satu setengah abad kemudian, Yehuda digulingkan. Ibukotanya, Yerusalem, ditaklukkan, Bait Suci Yahudi dihancurkan, dan banyak penduduk Yehuda yang diasingkan ke Babilonia.

Setelah masa pembuangan berakhir kurang dari 70 tahun, wilayah bekas kerajaan Yehuda menjadi pusat agama Yahudi selama hampir tujuh abad (meskipun Bait Suci yang dibangun kembali dihancurkan lagi pada tahun 70 M oleh bangsa Romawi).

Palestina. Pada tahun 135 M, Bangsa Yahudi melakukan upaya pelepasan diri Kekaisaran Romawi. Roma menanggapi dengan keras, upaya pelepasan itu, gagal. Kaisar Roma menilai sebagai pemberontakan Yahudi. Agar tak ada lagi pemberontakan  Kaisar Romawi Hadrianus, melakukan pengosongan wilayah, mengusir orang-orang Yahudi dari Yerusalem. Dan mengganti dengan orang dari wilayah serta keharusan mutlak taat pada Kaisar Romawi. Wilayah Bangsa Yahudi tersebut menjadi bagian dari entitas baru yang disebut “Suriah-Palestina.” “Palestina” diambil dari nama wilayah pesisir Filistin kuno, musuh-musuh bangsa Israel (nenek moyang orang Yahudi).

Setelah penaklukan Islam di Timur Tengah pada abad ketujuh, orang-orang Arab mulai bermukim di wilayah yang dulunya bernama “Palestina”. Terlepas dari sekitar 90 tahun dominasi Tentara Salib, tanah itu berada di bawah kendali Muslim selama kurang dari 1.200 tahun. Meskipun pemukiman Yahudi juga tetap ada, populasinya sebagian besar adalah orang Arab.

Zionisme dan Inggris

Pada paruh kedua abad ke-19, kerinduan yang telah lama dirasakan oleh orang-orang Yahudi di diaspora, untuk kembali ke wilayah nenek moyang mereka, memuncak melalui gerakan nasionalisme yang disebut Zionisme. Zionisme, awalnya didorong oleh adanya peningkatan kebencian terhadap orang Yahudi di Eropa dan Rusia.

Orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke “Tanah Air Nenek Moyang” bertemu dengan penduduk yang sebagian besar adalah orang Arab, yang juga menganggapnya sebagai tanah leluhur mereka.

Pada masa itu, tanah tersebut terdiri dari tiga wilayah administratif milik kekaisaran Ottoman, tidak ada yang disebut “Palestina.” Pada tahun 1917, tanah tersebut berada di bawah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1923, dibentuk “Mandat Palestina,” yang juga mencakup negara Yordania saat ini.

Penduduk Arab di sana menganggap diri mereka sendiri bukan sebagai “orang Palestina” dalam arti Negara, melainkan sebagai orang Arab yang tinggal di Palestina (atau lebih tepatnya, “Suriah Raya”.

Negara Israel

Para pemimpin Zionis di wilayah Mandat Palestina berusaha keras untuk meningkatkan jumlah orang Yahudi untuk memperkuat klaim kenegaraan, tapi pada tahun 1939, Inggris secara ketat membatasi imigrasi Yahudi. Pada November 1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan Resolusi 181, yang membagi wilayah tersebut menjadi “Negara-negara Arab dan Yahudi yang merdeka”.

Resolusi tersebut langsung mendapat penolakan dari Arab. Pasukan paramiliter Palestina kemudian menyerang pemukiman Yahudi. Pada 14 Mei 1948, para pemimpin Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel.

Perang Kemerdekaan versus Al-Nakba

Negara Yahudi yang baru ini segera diserbu oleh tentara dari beberapa negara Arab, bersama dengan para militan Palestina. Pada saat pertempuran berakhir pada tahun berikutnya, Palestina telah kehilangan hampir empat perlima dari jatah PBB. Tidak kurang dari 700.000 orang dari pihak mereka telah diusir dari rumah mereka, tanpa hak untuk kembali hingga saat ini.

Yahudi Israel, peristiwa ini dikenal sebagai “Perang Kemerdekaan”. Bagi warga Palestina, peristiwa ini adalah al-Nakba alias “bencana.”

Pada 15 November 1988, Dewan Nasional Palestina mengeluarkan deklarasi kemerdekaan, yang diakui sebulan kemudian oleh Majelis Umum PBB.

Sekitar tiga perempat keanggotaan PBB sekarang menerima kenegaraan Palestina, dengan status pengamat non-anggota.

Perbedaan Nasib, Permusuhan Tanpa Henti

Meskipun beberapa kali berperang dengan negara-negara Arab dan kelompok sekutunya, Israel terus berkembang. Palestina juga telah berjuang untuk membangun pemerintahan yang fungsional dan stabilitas ekonomi.

Perang Enam Hari pada Juni 1967, Israel menangkis ancaman existential yang sesungguhnya, dengan menghalau kekuatan militer Arab yang sangat besar yang berkumpul di perbatasannya.

Perebutan Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza oleh Israel selama perang tersebut membuat warga Palestina berada di bawah berbagai bentuk pendudukan atau kontrol Israel yang menyakitkan.

Sepanjang konflik Israel-Palestina, lebih banyak orang Palestina yang terbunuh dan terluka daripada orang Yahudi Israel.

Sebagian besar karena kemampuan militer Israel yang lebih canggih. Ada juga karena strategi Hamas yang menempatkan pusat-pusat komando mereka di dalam wilayah-wilayah sipil.

Warga Yahudi Israel telah mengalami dua kali kekerasan pemberontakan Palestina(1987-1993; 2001-2005). Upaya yang kedua merupakan gelombang bom bunuh diri dan penyergapan yang mematikan.

Israel kemudian meresponsnya dengan membangun Pembatas Keamanan. Ini cukup membantu menahan serangan teroris Palestina tetapi sekaligus menambah penderitaan warga sipil Palestina.

Sejak tahun 1990-an, telah dilakukan beberapa kali upaya untuk menegosiasikan solusi dua negara, tetapi semuanya gagal.

Di bawah perdana menteri terlama di Israel, Benjamin Netanyahu, pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dianggap ilegal oleh sebagian besar dunia, semakin dipercepat. Ini telah, dan akan semakin, mempersulit upaya-upaya perundingan.

Pikirkanlah

Lebih dari 1.000 tahun, “Israel” mendahului “Palestina.” Tanah itu kemudian menjadi rumah bagi penduduk Arab, Yahudi, dan Etnis Lainnya berdampingan dengan damai, selama lebih dari satu milenium. Mereka (penduduk dari luar, terutama Arab) didatangkan atau  dipindahkan ke situ pada waktu Kekaisaran Romawi  dan Kekuasaan Islam.

Konflik Israel-Palestina telah menunjukkan banyak sekali kesalahan dan kebrutalan dari kedua belah pihak.

Tidak ada tindakan balas dendam, betapa pun ekstremnya, yang dapat membuat salah satu pihak mengatakan bahwa semua telah diselesaikan di pihak mereka.

(Bishop Daniel Miller Ph.D./Opa Jappy)


Mengapa Palestina tidak diakui sebagai negara? Pertanyaan ini muncul seiring banyak masyarakat dunia mempertanyakan kenapa Palestina tidak ada di Google Maps.  Mengapa Palestina tidak diakui sebagai negara?

Negara yang mengakui Palestina sebagai negara antara lain Uni Soviet, China, India, Yugoslavia, Sri Lanka, Malta, dan Zambia. Indonesia termasuk salah satu negara yang mengakui negara Palestina.

Negara yang tidak mengakui Palestina sebagai negara antara lain Israel, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, Kanada, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru.

Konflik Palestina-Israel bermula dari Bangsa Yahudi ingin mendirikan negara Israel dan Palestina ingin mendirikan Negara Palestina. Keduanya ingin mendirikan negara di wilayah yang sama sehingga muncul konflik. Amerika Serikat dan kebanyakan negara-negara Barat tidak mengakui Palestina sebagai negara karena lebih mendukung Israel.

Ketika Perang Dunia I berakhir pada 1918, Inggris mengambil kendali atas Palestina. Liga Bangsa-bangsa mengeluarkan mandat, berupa dokumen yang memberi Inggris tanggung jawab membangun tanah air bangsa Yahudi di Palestina yang mulai berlaku pada 1923.

Pada 1947, PBB mengajukan rencana membagi dua Palestina, yaitu wilayah independen Yahudi dan wilayah independen Arab dengan Yerusalem sebagai wilayah internasional. Yahudi menerima rencana itu tetapi kebanyakan orang Palestina dan Arab menolak. Mereka mulai membentuk pasukan sukarela di seluruh Palestina. Pada Mei 1948, kurang dari setahun setelah Partition of Palestine (Pemisahan Palestina) dikemukakan, Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel menjadi negara merdeka.

Sekitar 700.000-900.000 warga Palestina melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah. Pecah perang antara orang-orang Yahudi dan Arab di wilayah itu. Perang Arab-Israel 1948 melibatkan Israel dan lima negara Arab, yaitu Yordania, Irak, Suriah, Mesir dan Lebanon. Konflik ini menandai dimulainya tahun-tahun penuh kekerasan antara Arab dan Israel.

Pada 1964, Palestine Liberation Organization atau PLO (Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO) dibentuk untuk mendukung rencana membangun negara Palestina di Israel. Munculnya PLO sebagai respons terhadap Zionisme, sebuah gerakan terorganisir untuk membangun kembali tanah air Yahudi di Israel.

1969, pemimpin Palestina Yasser Arafat menjadi Ketua PLO dan memegang gelar itu hingga meninggal pada 2004. Baca juga: Peran PBB dalam Memelihara Perdamaian Dunia Pada 5-10 Juni 1967 terjadi The Six-Day War, penyerangan Israel terhadap Mesir, Yordania dan Suriah. Israel mengambil alih beberapa wilayah seperti Jalur Gaza, Tepi Barat (West Bank), Semenanjung Sinai dan dataran tinggi Golan. Peperangan berlanjut bertahun-tahun kemudian.

1987, konflik Intifada Pertama pecah dipicu oleh pendudukan Israel atas Gaza dan Tepi Barat. Proses perdamaian diupayakan yang dikenal dengan Kesepakatan Damai Oslo (Oslo Peace Accords) untuk mengakhiri kekerasan. Oslo I itu ditandatangani pada 1993, disaksikan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat. Terbentuklah pemerintahan Palestina yang baru.

1995, Oslo II diadakan untuk meminta Israel menarik mundur pasukannya dari Tepi Barat dan area lainnya. Sekaligus menjadwalkan Pemilihan Dewan Legislatif Palestina. Konflik Intifada Kedua pecah pada September 2000 dipicu kunjungan Ariel Sharon (yang nantinya menjadi Perdana Menteri Israel) di Masjid Al-Aqsa Yerusalem.

2005, pasukan Israel mundur dari Gaza. Pada 2006, kelompok militan Islam Sunni, Hamas, memenangkan pemilihan legislatif di Palestina. Di tahun ini, terjadi perseteruan antara Hamas dan Fatah, kelompok politik yang mengendalikan PLO.

2007, Hamas mengalahkan Fatah pada pertempuran Gaza. Hamas dan Israel terlibat perang, yaitu Operation Cast Lead (Desember 2008), Operation Pillar of Defense (November 2012), dan Operation Protective Edge (Juli 2014). Pada April 2014, Hamas dan kelompok Fatah bersepakat membentuk pemerintah Palestina yang bersatu.

Mei 2017, para pemimpin  Palestina mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan sesuai ketentuan 1967, dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Tetapi menolak mengakui Israel sebagai negara. Pemerintah Israel langsung menolak rencana tersebut. Hingga saat ini para pemimpin dunia terus bekerja mencari resolusi terbaik yang menghasilkan perdamaian di wilayah itu.

Palestina masih memperjuangkan negara Palestina yang berdaulat dan diakui secara resmi semua negara di dunia. Karena meski orang-orang Palestina menduduki wilayah utama tetapi populasi besar orang Israel terus menetap di sana.

Status Palestina di PBB Mengutip United Nations, sesuai paragraf 2 resolusi 67/19, status Palestina di PBB adalah sebagai Non-member Observer State (negara pengamat non-anggota) oleh Sekretariat PBB. Menurut Misi Permanen untuk PBB (Buku Biru), status Palestina di bawah kategori II sebagai: negara bukan anggota yang telah menerima undangan tetap untuk berpartisipasi sebagai pengamat dalam sesi dan pekerjaan Majelis Umum dan mempertahankan misi pengamat permanen di Markas Besar PBB. Pada 12 Desember 2012,

Palestina meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk menggunakan istilah Negara Palestina di semua dokumen dan papan nama pada semua pertemuan PBB. Menurut publikasi PBB bertanggal 8 Maret 2013 tersebut, sebagai Kepala Negara Palestina adalah Mahmoud Abbas, Presiden Negara Palestina. Pada 8 Januari 2013,

Palestina memberi tahu Sekretaris Jenderal bahwa Kepala Pemerintahan Palestina adalah Salam Fayyad, Perdana Menteri Negara Palestina. Menteri Luar Negeri Negara Palestina adalah Riad Malki. Sesuai permintaan tersebut, sekarang penyebutan Negara Palestina digunakan di semua dokumen PBB dan pada papan nama yang digunakan dalam pertemuan PBB.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com