images

Cianjur, Jawa Barat | Sejak Masa Lalu, jauh sebelum Tahun Masehi, Bangsa-bangsa dan Komunitas (Kuno) di Amerika, Australia, Afrika, Timur Tengah, China, India, sudah menemukan (dan memakai) pembagian waktu. Pembagian Waktu yang paling awal dan sederhana adalah 1 Hari ( adalah 12 Jam, yaitu Waktu Siang dan Malam).

Sering dengan perkembangan intelektual, para Local Genius pada Komunitas (Kuno) tersebut, berhasil menyusun pembagian waktu: Tahun, Bulan, Minggu, Hari, Jam, Menit, dan detik. Sungguh, temuan dan olah hasil akal budi yang luar biasa pada konteks masa dan waktu itu.

Umumnya, Local Genius, dalam konteks dam sikonnya, pada masa lalu, mereka, dengan perhitungan rumit, berhasil melakukan pembagian waktu berdasar

(i) adanya terang/siang dan gelap/malam, (ii) tanah/Bumi tempat tinggal tidak bergerak, dan Matahari, Bulan, Bintang berputar mengelilingi Bumi, (iii) penampakan dan pemunculan kumpulan atau rasi Bintang di langit, (iv) perputaran Bumi dan Bulan mengelilingi Matahari, (v) lamanya Bumi berputar mengelilingi Matahari, (vi) lamanya Bulan berputar mengelilingi Bumi

Aneka model perhitungan tersebut, yang ‘melahirkan’ Kalender yang dipakai hingga sekarang. Misalnya, Kalender Inca, Mayo, Indian (Benua Amerika); Kalender Aborigin dan Maori (Benua Australia-New Zealand), Kalender Jepang, Kalender Yahudi, Kalender Hijriah, dan Kalender Masehi.

Para genius masa lalu, juga berhasil menghitung sejumlah hari, yang kemudian disebut Bulan dan Tahun. Bulan (rentang waktu satu bulan) merupakan jumlah waktu selama empat minggu!? Empat Minggu hanya terdiri dari 28 hari, sedangkan edaran bulan selama 29 hari plus beberapa jam dan sekian menit. Jadi, satu bulan bukan karena ada 4 minggu.

Sehingga perhitungan satu bulan harus diawali dengan perhitungan (satu) tahun (365/366 hari; karena edaran Matahari akan kembali pada tempat yang sama). Dan dengan itu, ada Bulan yang mempunyai 28/29 hari; serta ada bulan yang terdiri dari 30/31 hari.

Kaisar Julius, Sang Diktator Romawi, salah genius pada masanya, melakukan pembaruan kalender, pada tahun 46 SM. Ia menetapkan satu tahun persis 365 1/4 hari, artinya masih ada waktu yang tersisa, atau belum genap 366 hari/satu tahun. Oleh sebab itu, setiap 4 tahun harus ada penambahan satu hari.

Kalander Julian lebih lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi sampai masa 12 bulan; dan ia menambah waktu satu bulan (yaitu bulan Juli, sesuai namanya) agar melengkapi waktu satu tahun yang relatif sama dengan edaran Matahari.

Paus Gregorius XIII, tepatnya para astronom Katolik pada era Paus Gregorius, menghitung ulang kelebihan waktu pada/sejak Kalender Julian, ternyata ada 10 hari lebih maju dari tanggal yang sebenarnya. Artinya, kalender (almanak) lebih terlambat dari edaran waktu/masa yang sementara berjalan

Oleh sebab itu, tahun 1582, Paus Gregorius menyetujui formula baru perhitungan waktu agar tidak terjadi ketidaktepatan kalender. Formula baru tersebut, bahwa setiap seratus tahun atau tahun ke seratus (1800, 1900, 2000, 2100, dan seterusnya) bukan sebagai tahun kabisat, kecuali tahun keempat ratus, setelah tahun 2000; dan nanti Kalender Greogorian ini bisa direvisi setelah 5000 tahun akan datang.

Untuk mengganti keterlambatan Kalender Julian (selama 10 hari), maka, ketika itu hari Jumat, tanggal 5 Oktober 1582, maka besoknya bukan tanggal 6 Oktober 1582. TETAPI melompat atau langsung menjadi Sabtu, 15 Oktober 1582.

Kalender China

Bagaimana dengan Kalender China dan Tahun Baru Imlek? Kalender China yang sekarang dipakai, adalah pilihan dari banyak yang lainnya. Perhitungan pada/di Kalender China, ternyata, lebih rumit dari yang dipikirkan banyak orang, termasuk Orang-orang China (Bangsa dan Etnis, di Daratan maupun Diaspora).

Basic dari perhitungan Kalender China (KC) adalah perhitungan peredaran Matahari, Bulan, pergantian Musim, bahkan berkaitan dengan penampakan Rasi Bintang. Jadi, lebih holistik, bahkan rumit, dari perhitungan kalender lainnya.

Dari basic di atas, melahirkan perhitungan durasi peredaran Bulan mengelilingi Bumi selama satu 1 Tahun.

Satu tahun dibagi menjadi 5 Fase dengan simbol/unsur 1. Kayu, 2. Api, 3. Tanah, 4. Lgam, 5. Air.

Setiap fase, 72 hari, dan dibagi dua sehingga menjadi 36 hari (1 Bulan). Satu Tahun ada 10 Bulan atau 360 Hari.

Satu Bulan, ada 3 Periode; setiap Periode selama 12 Hari.

12 Hari dilambangkan dengan 12 Hewan (sesuai) Tradisi China; yaitu Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi. (Ini adalah basic penyebutan shio tanggal kelahiran seseorang. Tanggal 1-12, kembali ke awal jika lahir pada tanggal 13, 25).

Kalender Berdasarkan Musim Dinasti Shang

Dinasti Shang (1600-1046 SM), kalender berbasis Matahari dengan lima fase dengan lima elemen, diubah menjadi sistem empat musim. Pembagian bulan berdasarkan posisi matahari sejauh 15 derajat, sehingga setiap musim memiliki tiga bulan, dengan masing-masing bulan terdiri dari 30 hari.

Agar sesuai dengan jumlah satu tahun di wilayah tropis, maka disisipkan 10 hari di setiap pergantian tahun agar menjadi 365 hari dalam setahun.

Kalender Dinasti Zhou Barat (1046-771 SM)

Dinasti Zhou Barat memperkenalkan Kalender Seimbang, cikal bakal kalender Lunisolar yang digunakan etnis Tionghoa hingga saat ini. Awal Tahun ditandai dengan Musim Panas, berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Satu Tahun rata-rata terdiri dari 356,25 Hari.

Satu Bulan rata-rata terdiri dari 29,5 hari. Untuk membulatkan, maka disisipkan bulan kabisat berumur 15 hari setiap 16 bulan.

Kalender Lunisolar Dinasti Zhou Timur (771-256 SM)

Dinasti Zhou Timur memperkenalkan dan menggunakan perhitungqn Awal Tahun ketika fase Bulan baru sebelum Musim Dingin. Namun, pada masa itu, 475-221 SM, rakyat, sesuai Warisan, Wilayah, dan Etnisitas, masih menggunakan beberapa Kalender lainnya. Yaitu, alender Huangdi dan Kalender Lu (adopsi Kalender Zhou), Kalender Yin, Kalender Zhuanxu, dan Kalender Xia.

Kalender Qin Dinasti Qin (221 SM)

Dinansti Qin mengadopsi Kalender Zhuanxu. Sehingga, Awal Tahun ditandai dengan fase Bulan Baru, Musim Dingin.  Nama dan nomor Bulan mengikuti penomoran Kalender Xia, sehingga Awal Tahun adalah Nomor Bulan 10. Fase Bulan Baru berdekatan Musim Semi, adalah Bulan nomor 1.

Pada era Dinasti Han (104 SM), Awal Tahun diubah menjadi Fase Bulan Baru antara atau titik tengah Musim Dingin dan Ekuinoks Musim Semi. Nomor bulan Awal Tahun diberi nomor satu, sehingga Musim Semi dan Dingin bernomor 2 dan 12.

Kalender Dinasti Ming (1624-1644)

Dinasti Ming menyebut sebagai kalender Shixian atau kalender Chongzen. Awal Tahun pada kalender Shixian sama dengan Kalender Taichu (plus penyisipan Bulan Kabisat) dan disesuaikan dengan jumlah chi pada dua Bulan baru yang berdekatan (digunakan hingga sekarang).

Awal Bulan dimulai ketika fase Bulan Baru secara astronomis (sebelumnya penentuan bulan kesebelas menggunakan Musim Dingin). Jika dua fase Bulan Baru berdekatan terdapat Musim Dingin, maka dua bulan tersebut ditetapkan sebagai bulan ke-11 dan ke-12.

Ketika Matahari berada pada 23,5 derajat Lintang Selatan, maka belahan selatan akan mengalami musim panas; dan utara akan mengalami musim dingin. Dengan memasukkan unsur musim, satu bulan dalam kalender China tetap berlangsung antara 29 dan 30 hari. Namun, tetap ada Bulan Kabisat atau Lun Gwee dengan durasi 29-30 Hari; penambahan dilakukan setiap 2,7 tahun. Sehingga ada satu tahun dalam kalender China memiliki 13 bulan.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini