Garuda

 

Jakarta News | Garuda Indonesia mengalami masa keemasan pada tahun 1980-an saat dipimpin Wiweko Soepono, Garuda pada tahun-tahun berikutnya mengalami kemerosotan karena praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).

KKN menggerogoti maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Merpati. Khusus di Garuda Indonesia, dapat dihemat sekitar 18,27 juta dollar AS per tahun atau sekitar Rp 27,1 miliar per tahun apabila delapan kerja sama operasi (KSO) berbau KKN di lingkungan Garuda dihilangkan.

Delapan kerja sama operasi (KSO) yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan Garuda selama rezim Orde Baru atau Orba. Selain itu, Garuda (dan juga Merpati) terpaksa dan dipaksa agar terjerumus dalam KKN. Hal tersebut, antara lain

Kerja sama memberatkan Garuda

Pengalihan pengelolaan gudang kargo kepada PT Angkasa Bina Wiwesa (ABW).

ABW, menurut catatan Kompas, merupakan usaha milik adik mantan Presiden Soeharto dari lain ibu satu bapak, Martini Tubagus Sulaeman.

Dari pengelolaan pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta itu, pihak ABW setiap bulan dapat meraup pendapatan Rp 6 miliar, tetapi hanya Rp 300 juta yang diterima Garuda Indonesia.

Sedangkan biaya operasional, pemakaian gedung, telepon, dan listrik dibebankan kepada Garuda.

Menurut perjanjian selama sepuluh tahun yang ditandatangani Dirut Garuda Wage Mulyono dan Dirut ABW Martini Nita Karyati tahun 1994, disebutkan pihak ABW akan menyetor minimal 10 persen dari pendapatan kotor, atau sekitar Rp 200 juta setiap bulan kepada Garuda.

Dari data yang diperoleh, total pendapatan pada tahun 1995 sebesar Rp 28,5 miliar, tetapi yang disetor kepada Garuda Rp 3,1 miliar.

Pendapatan Rp 105 miliar yang diperoleh dalam kurun waktu tahun 1996 hingga Mei 1998, Garuda kebagian Rp 39,6 miliar.

Bimantara

Proyek KKN berikutnya yang dihentikan penunjukannya oleh Kantor Tanri Abeng adalah broker asuransi pesawat terbang PT Bimantara Graha Insurance Broker yang didirikan Bambang Trihatmodjo pada tahun 1994.

Perusahaan itu pernah digugat karyawan Garuda karena sangat berbau KKN. Sebelum keluarga Cendana dengan perusahaan asuransinya masuk, Garuda Indonesia bebas menentukan broker asuransi bagi armada pesawatnya. Namun, kemudian Garuda mendapat tekanan dan harus melalui perusahaan putra mantan Presiden Soeharto.

Putra-putra Soeharto jauh sebelumnya pada era Dirut Wiweko Soepono pernah datang ke Garuda Indonesian Airways menawarkan jasa asuransi.BTetapi, waktu itu Wiweko masih bisa menolak mentah-mentah. Ia menasihatkan agar belajar dulu mengenai perasuransian yang ingin ditawarkan tersebut.

Begitu berpengaruhnya grup Bimantara dalam bidang kargo Garuda di Jepang sehingga pernah salah seorang pimpinan Garuda Indonesia di Negeri Sakura itu minta dipulangkan ke Jakarta. Dia minta diganti dengan orang lain karena ada ketidakcocokan antara orang tersebut dengan grup ini.

Mark-up pesawat

Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN menyebutkan, proyek lain adalah pembelian (sewa operasi) pesawat MD-11 yang pengadaannya melibatkan Bimantara-nya Bambang Trihatmodjo.

Menurut catatan Kompas, harga sewa pesawat badan lebar buatan McDonnell Douglas (kemudian merger dengan Boeing) ini cukup tinggi, 1,1 juta dollar AS/pesawat/bulan atau 6,6 juta dollar AS per bulan untuk keenam MD-11 yang dioperasikan Garuda.

Sementara harga sewa pesawat tersebut sebenarnya bisa diperoleh lebih murah, sekitar 600.000 – 700.000 dollar AS per pesawat. Jadi ada mark-up dalam pengadaan armada MD-11 Garuda Indonesia.

Dengan harga sewa tersebut dan dihantam krisis moneter/ ekonomi, sewa-operasinya dirasa sangat memberatkan keuangan Garuda.

Direksi Garuda, sebelum Robby Djohan ditunjuk, tampaknya agak ragu mengambil keputusan untuk mengembalikan MD-11 kepada lessor-nya. Saat Dirut Garuda dijabat Soepandi, memang menyebutkan akan mengembalikan pesawat trijet MD-11 tersebut kepada Boeing.

Namun, pelaksanaannya baru dilakukan bulan Juli berikutnya oleh direksi di bawah Robby Djohan yang ingin secepatnya menekan angka kerugian.

Kantor Menneg Pendayagunaan BUMN membatalkan kontrak kargo di Australia dan Amerika. Kemudian penghentian keagenan untuk perawatan mesin dan modul mesin pesawat dan pembatalan pembelian pesawat Fokker F-100 dan peninjauan kembali kontrak keagenan di Jepang.

Menurut catatan Kompas, kontrak kargo dan keagenan di Jepang melibatkan grup Bimantara.

Kompas mencatat bahwa ada unsur mark-up dan KKN dalam pengadaan simulator Boeing 737-300/400 Garuda Indonesia.

Pengusutan Itjen Departemen Perhubungan, diketahui ada selisih sebesar 12,2 juta dollar AS untuk pengadaan simulator tersebut. Harga disebut 64,1 juta dollar, padahal simulator yang sama bisa dibeli sekitar 51,9 juta dollar AS.

Anak dan Cucu Soeharto

Masih di sekitar Garuda tapi tidak disebut kantor Menneg Pendayagunaan BUMN, yakni perusahaan yang disebut-sebut milik Ary Sigit, putra Sigit Harjojudanto atau cucu mantan Presiden Soeharto.

PT Autotrans Indonesia yang bergerak dalam bidang ground handling di Bandara Ngurah Rai, Bali. Perusahaan ini, menurut karyawan Garuda, dituding mendapat kontrak secara tidak wajar.

Tawaran kontrak perusahaan ini sempat ditolak karena terlalu mahal. Tetapi, sebelum putusan final diambil, Garuda mendapat telepon dari seorang petinggi negara yang menyebutkan agar menerima tawaran Autotrans.

Hutomo Mandala Putra yang akrab dipanggil dengan Tommy dengan PT Artasaka Nusaphala-nya juga ikut “bermain” di Garuda Indonesia, yakni saat BUMN ini akan menyewakan sejumlah Fokker F-28 kepada anak perusahaannya Merpati Nusantara.

Entah bagaimana, akhirnya pesawat dijual kepada Artasaka Nusaphala yang kemudian menawarkan pesawat tersebut kepada Merpati, tetapi ditolak oleh Dirut Ridwan Fataruddin dengan alasan harga sewa terlalu mahal.

Kemudian, Artasaka Nusaphala mencoba masuk Merpati dengan menawarkan pesawat CN-235 buatan IPTN. Itu pun ditolak Ridwan Fataruddin karena dinilai harga sewa 110.000 dollar AS per bulan terlalu mahal. Kesanggupan Merpati saat itu, menurut Ridwan, hanya 60.000 dollar AS atau maksimum 70.000 dollar AS per bulan.

Karena keberaniannya menampik tawaran-tawaran tersebut, Ridwan Fataruddin harus membayar mahal, ia digeser dari pucuk pimpinan Merpati Nusantara.

Katering Garuda

KKN juga menyentuh sampai ke bagian katering Garuda, Angkasa Citra Sarana, yakni di mana salah seorang dari keluarga Cendana mempunyai akses memasok sejumlah makanan dan minuman bagi dapur Garuda tersebut. Barang yang dipasok adalah minuman anggur dan daging ayam.

Semoga Semuanya Jelas

#####

Daftar Maskapai Penerbangan RI yang Bangkrut

 

1. Adam Air
Di masa jaya, Adam Air sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier terbaik di Indonesia. Jangkauan rute dan penambahan armada pesawatnya terbilang ekspansif sejak didirikan pada 2002.

Namun, kecelakaan pesawat Adam Air KI 457 rute Jakarta-Manado mengalami insiden kecelakaan di atas perairan Majene setelah hilang dari radar. Semua penumpang dan awaknya yang berjumlah 102 orang meninggal.

Tak lama setelah kecelakaan tersebut, pemerintah mencabut izin terbangnya pada 19 Juni 2008 yang menandai berhentinya operasional Adam Air di Tanah Air.

2. Merpati Airlines
Merpati maskapai penerbangan milik pemerintah yang beroperasi sejak era Presiden Soekarno, tepatnya tahun 1962.

Selama puluhan tahun, Merpati mengalami masalah keuangan, tetapi selalu diselamatkan pemerintah. Beberapa kali pemerintah melakukan upaya restrukturisasi. Puncaknya, Merpati berhenti beroperasi pada 2014 akibat terus merugi dan lilitan utang.

Meskipun Merpati sudah berhenti operasi, pemerintah hingga saat ini belum memutuskan untuk melikuidasi maskapai tersebut.

3. Batavia Air
PT Metro Batavia mulai beroperasi pada 5 Januari 2002. Batavia Air melayani penerbangan domestik dan sejumlah rute internasional dengan Airbus A330-300 dan A320-200.

Pada 30 Januari 2013, Batavia Air dinyatakan pailit oleh PN Jakarta Pusat karena ada permohonan yang diajukan perusahaan sewa guna pesawat International Lease Finance Corporation (ILFC). Sejak itu, maskapai tersebut berhenti beroperasi dan bangkrut.

4. Sempati Air
Maskapai ini didirikan pada Desember 1968 dan beroperasi pada Maret 1969 dengan nama PT Sempati Air Transport. Maskapai ini melakukan ekspansi yang besar selama akhir 1980-an hingga 1990-an.

Sempati Air pun sempat melayani rute penerbangan berjadwal ke Singapura, Kuala Lumpur, dan Manila. Maskapai ini juga dikenal dengan pelayanannya yang prima.

Namun, Sempati kemudian bangkrut dan bertepatan dengan krisis moneter yang menghantam Indonesia pada 1998. Kabarnya, kebangkrutan juga disebabkan kesalahan manajemen.

5. Mandala Airlines
Mandala Airlines, yang kemudian bernama Tigerair Mandala, pertama kali beroperasi pada 17 April 1969. Maskapai ini kemudian dibeli oleh Indigo Partners dan Cardig International tahun 2006.

Karena masalah utang, Mandala berhenti beroperasi pada tanggal 12 Januari 2011. Akhir Februari 2011, para kreditur menyetujui restrukturisasi utang Mandala menjadi saham dan kembali beroperasi pada Juni 2011.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, pemegang saham mayoritas adalah PT Saratoga Investment Group (51 persen), Tiger Airways dari Singapura (33 persen), serta pemegang saham lama dan para kreditur (16 persen).

Kecelakaan pesawat Mandala Airlines PK-RIM penerbangan RI91 di Medan, 5 September 2005.

Namun, Mandala menghentikan kegiatan operasionalnya mulai 1 Juli 2014 lantaran kondisi pasar turun dan biaya operasional membengkak karena depresiasi rupiah.

6. Bouraq Indonesia Airlines
Maskapai ini didirikan pada tahun 1970 oleh Jerry Albert Sumendap, pengusaha yang menggeluti bisnis kayu. Bouraq mencapai puncak bisnisnya pada era 1980-an.

Pada 1995, Jerry Sumendap wafat dan posisinya digantikan oleh Danny Sumendap yang melakukan restrukturisasi besar-besaran sejalan dengan ketatnya persaingan.

Namun, upaya ini tak berhasil hingga tahun 2005 maskapai ini dinyatakan pailit.

7. Bali Air
Meskipun mengambil nama Bali, Bali Air sejatinya merupakan sebuah maskapai penerbangan yang berbasis di Jakarta. Perusahaan ini juga bukan dimiliki orang Bali, melainkan Jarry Albert yang berasal dari Manado yang tak lain juga merupakan pemilik dari Bouraq Airlines.

Perusahaan penerbangan ini berdiri tahun 1973, tetapi sejak februari 2007 operasinya telah dihentikan.

8. Jatayu Airline
Jatayu Gelang Sejahtera atau lebih dikenal sebagai Jatayu Airlines adalah sebuah maskapai penerbangan yang berbasis di Jakarta. Jatayu didirikan tahun 2000 dan pernah mengoperasikan penerbangan domestik dan internasional.

Pendirinya adalah seorang pengusaha asal Yogyakarta, Suntinah, dengan penerbangan pertamanya adalah rute Jakarta-Yogyakarta. Belakangan, pemiliknya beralih kepada Wiryanto Lie.

Selain masalah keuangan yang mendera, izin operasi maskapai ini kemudian dicabut Kementerian Perhubungan pada tahun 2007 karena dinilai tidak memenuhi aspek keamanan.

9. Awair Airline
Awair merupakan kepanjangan dari Air Wagon Internasional. Maskapai ini didirikan pada 2000 oleh Abdurrahman Wahid yang juga Presiden ke-4 RI.

Maskapai ini tak benar-benar bangkrut karena operasinya diambil alih oleh maskapai asal Malaysia, Air Asia.

10. Star Air
Star Air adalah maskapai udara yang berdiri tahun 2000, masa ketika maskapai swasta di Indonesia bermunculan setelah pemerintah mencanangkan deregulasi penerbangan di Indonesia.

Izin dari Star Air dicabut oleh Kementerian Perhubungan tahun 2005 sehingga operasional maskapai ini kemudian berhenti total.

11. Linus Airways
Linus Airways merupakan salah satu maskapai yang berfokus pada penerbangan regional, terutama melayani rute penengangan antar-pulau Sumatera.

Kota-kota yang dilayani maskapai ini adalah Pekanbaru, Medan, Semarang, Palembang, Batam, dan Bandung.

Linus sendiri merupakan kependekan dari Lintasan Nusantara. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004, tetapi pada 2008 operasinya dihentikan.

 

 

Sumber:

  • JAKARTA NEWS
  • Harian Kompas
  • Kompas.com

Editor: Opa Jappy