Screenshot_20231008_062905_Samsung Notes

Pengkajian Anatomi Dinasti Politik Indonesia, memperkenalkan nomenklatur NIM Nomor Induk Menteri.  Setiap orang yang pernah menjadi menteri kabinet mendapat satu NIM meski berulang kali kemudian menjabat beda portfolio pada kabinet lain. Presiden Sukarno selaku PM kabinet presidensial pertama 19 Agustus 1945-14 November 1945 memperoleh NIM 001 dan Wapres Bung Hatta 002.

Kabinet Presidensial pertama terdiri atas 21 orang dengan Menteri Negara Otto Iskandar Dinata di NIM 021. Menteri Negara Wahid Hasyim NIM 019 yang lahir 1 Juni 1914  akan menjadi Menteri Agama Kab Pres, Kabinet Syahrir III, kab RIS, Natsir dan Sukiman telah wafat pada insiden lalulintas di Cimahi  19 April 1953 dalam usia 39 tahun.

Putranya Abdurahman Wahid 482  dikenal dengan nama Gus Dur akan menjadi Presiden RI ke-4 pada 1999-2001. 2 Keponakan Gus Dur, Muhaiman Abdul Halim Iskandar akan menjadi anggota kabinet sehingga dinasti Hasyim Ashari (ayah Wahid Hasyim) akan memiliki 4 anggota keluarga dalam kabinet. Meskipun belum tentu  berarti nepotisme, sebab hubungan antara keluarga Gus Dur dengan sepupu Iskandar justru “tidak ramah” dalam karier politik mereka.

Pemegang rekor dinasti politik Indonesia adalah duet keluarga Sumitro Soeharto. Prof Sumitro Djojohadikusumo NIM 119 menjadi Menteri Perindag pada Kabinet Natsir 1950, kemudian menjadi Menkeu Kabinet Wilopo dan Kabinet BH.  Sebelum ikut pemberontakan PRRI Permesta 1958 dan mengasingkan diri keluar negeri selama 10 tahun.

Tahun 1968, ia dipanggil pulang oleh Presiden Soeharto dan diangkat menjadi Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan I 1968-1973. Pada kabinet Pembangunan II Sumitro hanya diangkat menjadi Menteri urusan Riset. Tapi kualitas primanya membuat Sumitro menciptakan Tata  Ekonomi Baru Indonesia tahun 2000.

Soeharto memperoleh NIM 291 karena baru masuk jadi anggota kabinet sejak diangkat menggantikan Alm Yani  pada 14 Oktober 1965.  Keduanya menjadi besan pada 1983 dan Soeharto mengangkat menantu Sumitro, Sudrajad Djiwandono yang lahir 7 Agustus 1938  menjadi Menmud Perdagangan 1988-1993 dan Gubernur Bank Indonesia 1993-1998.

Krismon 1998 mengakibatkan keretakan antar besan sehingga sebelum kabinet berakhir pada 11 Feb 1998 Soeharto mengganti Sudrajad dengan Syahril Sabirin. Krismon tak terkendali dan Soeharto lengser mewariskan konflik dan perceraian kedua besan dan kedua keluarga pasca insiden Mei 1998. Prabowo bercerai dari Titiek dan Prof Sumitro menulis buku yang membela putranya dan menilai mertua anaknya tidak adil dalam pemecatan dari jabatan Pangkostrad dan penghentian karir militer Prabowo.

Kabinet terakhir Soeharto memang diisi oleh putri sulungnya Siti Hardianti Rukmana sebagai Mensos dan kroni konglomerat Bob Hasan sebagai Menperindag.  Bob Hasan telah lunas “membayar” keterkaitan dengan dipidana karena tuduhan korupsi .

Sekarang, terjadilah keajaiban politik karena mendadak Prabowo berdamai dengan Presiden petahana Jokowi yang memenangkan pemilu untuk periode kedua. Justru sekarang Prabowo balik lagi  ke politik dan menjadi Menhan, maka keluarga ex besan ini menjadi keluarga dinasti politik modern yang memiliki 5 menteri kabinet dari total 745 menteri kabinet Indonesia. Penelusuran PDBI menemukan

  1. Enam keluarga dengan 3 anggota kabinet yaitu 1. Bung Karno-Megawati Puan Maharani; 2. Ali Sastroamijoyo-Hamdani-Ali Wardhana; 3. Hartarto-Laksamana  Sukardi- Airlangga Hartarto,  4. Achmad Tahir–Agum Gumelar–Linda Gumelar. 5 Mochtar Kusuma Atmaja- Sarwono Kusuma Atmaja-Armida 6. Erna Witular-Rachmat Witular-Nafsiah Mboi
  2. Sembilan pasangan ayah anak adalah 1.Bung Hatta-Meutia Hatta 2. DR Sudarsono-DR Juwono Sudarsono 3. Anak Agung Gde Agung Sr dan Anak Agung Gde Agng Jr 4 Syaifudin Zuhri-Lukman Hakim Syaifudin 5. Mr Sumarno-Rini Sumarno 6 Sumantri Brojonegoro-Bambang Brojonegoro 7. Ginanjar Kartasasmita-Agus Gumiwang Kartasasmita 8. Susilo Sudarman-Dwi Indroyono Susilo  9 Theo Sambuaga-Jerry K Sambuaga
  3. Tiga pasangan suami istri adalah 1 DR Ir  Syarifudin Baharsyah-Yustika Baharsyah 2. Faried Anfasa Moeloek-Nila Moeloek  3. I Gusti Ngurah Puspayoga-I Bintang Darmavati.
  4. Empat pasangan kakak beradik 1.  Ir Herling Laoh (adik)-Ir Frits Laoh (kakak) 2. Hadi Thayeb-Syarif Thayeb. 3 Hartawan Wiryodiprojo-Hartono Wiryodiprojo 4. Quraish Shibah-Alwi Shihab.
  5. Dua pasangan paman keponakan 1 H Agus Salim-Emil Salim, 2 Maruto Darusman-Marzuki Darusman.
  6. Satu  pasangan mertua menantu Try Sutrisno-Ryamyzard Ryacudu.
  7. Satu pasangan besan SBY-Hatta Rajasa.
  8. Satu pasangan kakek cucu AR Baswedan-Anies R Baswedan

Itulah 69 kekerabatan dinasti NIM Menteng hanya 9 % dari total 745  orang Indonesia yang menjadi menteri kabinet selama Indonesia merdeka. Drama dinasti  ini pasti akan terus berlangsung sampai pemilihan umum 2024.

Dengan menantu dan putra Presiden petahana masuk gelanggang pilwalkot Medan dan Solo sekaligus. Tapi pendatang baru non dinasti tidak perlu takut bersaing dengan kerabat dinasti.

Sebab kerabat dinasti bisa  juga punya konflik internal sendiri yang terkadang malah bisa menghancurkan struktur kekuasaan mereka sendiri.  Seperti terbukti ketika Dewan Besan Suharto Sumitro pecah Mei 1998 maka justru akan lengser secara tragis dengan perpecahan keluarga.

Syukur Presiden Jokowi justru sukses rujuk dengan Prabowo secara tuntas bahagia sekerabat oligarki Dinasti Menteng era millennial. Di tengah kemelut pemakzulan Presiden Trump oleh Kongres AS yang masih harus disetujui oleh Senat pada sidang pemakzulan final Januari 2020, kita semua patut merenungkan sejarah dinasti politik Indonesia yang tidak bisa berbeda jauh dengan dinasti politik AS. Keluarga Sukarno Soeharto Sumitro sudah identik dengan keluarga Kennedy dan atau Bush.

Satu buku terbitan 2003 oleh  Adam Bellow berjudul In Praise of Nepotism menelusuri riwayat nepotisme sejak zaman Paus kuno di Eropa hingga dinasti politik modern di Eropa dan AS. Indonesia mempunyai dinastinya sendiri baik zaman Mataram Ken Arok maupun zaman Bung Karno-Mbak Puan Mas Bowo.

Riwayat jatuh bangun kabinet dengan 10 PM dan 7 presiden selama kurun waktu 75 tahun memberi pelajaran berharga agar nation state Indonesia tidak pecah seperti Yugoslavia. Meskipun salah satu capres 2024 bernama Tito Karnavian yang namanya barangkali diilhami Presiden legendaris Josip Broz Tito.

Edit and Re-publish by Opa Jappy