Opa Jappy

Sukabumi, Jawa Barat | Anda, dan Saya, Kita, pernah mendengar istilah Victim Mentality dan Playing Victim? Tentu Saja; dengan pemaknaan sesuai keterbatasan (serta kelebihan) pemahaman masing-masing. Victim Mentality dan Playing Victim, sebut saja VM-PV, sepertinya sederhana; namun sebetulnya masuk dalam Gangguan Kesehatan Mental walaupun belum mencapai ODGJ yang stress, depresi, histeris, phobia, serta lari-lari bugil di Jalan Raya, dll.

VM-PV, bisa disebut Gangguan Jiwa Ringan yang terjadi atau digunakan seseorang (maupun kelompok) agar mencapai tujuan tertentu. Ia, mereka, siapa pun dia, merasa diri selalu menjadi korban. Apa pun yang mereka alami atau terjadi pada dirinya akibat perbuatan orang lain yang sengaja ditimpakan pada dirinya (Si Penderita VM-PV).

Umumnya Orang, seperti itu, yang bermental VM-PM, karena

  1. Enggan Mencari Solusi ketika mengalami Masalah
  2. Rendah Diri
  3. Menghindari Tanggung Jawab
  4. Marah dan Frustrasi dengan Keadaan
  5. Memiliki trauma masa lalu
  6. Mengalami mythomania, yaitu kondisi yang membuat seseorang melakukan kebohongan terus-menerus meski tidak ada tujuan khusus
  7. Tertimpa situasi yang kurang menyenangkan secara terus-menerus
  8. Kurang mendapatkan perhatian dari orang lain
  9. Dikhianati orang lain.

Jika VM-PV mencapai titik akut, dan menjadi suatu pembenaran diri sebagai korban, maka bisa memunculkan sikap rebelis, pemberontakan, perlawanan, bahkan sebagai seorang teroris. Contoh paling sederhana adalah para pembom bunuh diri, teroris, jihad; yang menurut mereka akibat Umat yang Ditindas, Tertindas, mengalami Penindasan, dlsbnya. Mereka selalu merasa diri sebagai korban di berbagai situasi. Sehingga tertimpa situasi buruk. Dan, konsisten menyalahkan situasi atau orang lain terhadap masalah yang dihadapi.

Mental Politik Victim Mentality-Playing Victim

Adakah Politik Mental Victim Mentality-Playing Victim, saya pun bertanya pada rekan (yang Guru Besar Kesehatan Mental, dulunya pernah ngajar pada Institusi yang sama). Ia jawab, “Jappy, lue ada-ada saja. Tapi, bisa saja ada seperti itu, nulis ya, dan berikan Gue opinimu.” Lha, saya jika ditantang, maka syaraf nulis pun gerak, ternyata memang ada Politisi bermental Politik VM-PV; mereka ada di mana-mana.

Jadi Ingat, silakan or tolong Anda tambahkan, untuk memperkaya data saya

  1. Mereka yang menyebut diri sebagai Korban Orba
  2. Kaitan dengan (1) membangun kelompok perlawanan; dan terus menerus mengulang narasi Kami adalah Korban hingga sekarang
  3. Menyamakan semua Era Pemerintahan sebagai Orba; Mega menyebut Pemerintah sekarang seperti Orba
  4. Ada Jenderal (Purn) yang jadi pemimpin setelah tunjukkan diri sebagai korban dari Politisi lainnya.
  5. Semua Kelompok-kelompok Teroris, Radikal, Intoleran menyatakan diri sebagai Korban Penindasan dan Tertindas oleh Rezim
  6. Barisan Politisi Sakit Hati yang menyerukan amarah umat/rakyat, buruh (kurang pendidikan), mahasiswa (yang bodoh) agar melakukan aksi-aksi perlawanan terhadap Negara, UU, dan Kebijakan Pemerintah. Semuanya dibungkus dengan Kami adalah Korban Kekuasaan Negara, Ketidakadilan, Kekerasan, dlsbnya
  7. . … monggo tambahkan

Mental Politik Victim Mentality-Playing Victim pada Pilpres RI 2024

Coba Perhatikan. Orasi dan narasi Politik, bawa amarah rakyat, rakyat yang terluka, dll ke TPS untuk menghukum Rezim. Juga dari sana, Ormas (terlarang dan dilarang) adalah Korban kekerasan Negara pada umat. Orasi dan Narasi Kecurangan Pilpres and Pilpres 2024 Full Kecurangan yang disampaikan secara TSM oleh kelompok Yang Itu-itu. Saya hanya menjawab mereka bahwa,

Jika sejak awal menyebut Kecurangan Pilpres dan Pemilu, mengapa masih ngotot ikut Pemilu dan Pilpres 2024. Lha, kok ngajak orang ke TPS?

Ada Baiknya para penyebar Kecurangan Pilpres tidak ikut Pemilu dan Pilpres.

Sebab

Jika mereka menang, maka muncul narasi “Walau Kami Dicurangi dan ada Kecurangan, Kami Menang”

Jika mereka Kalah, maka Pemilu dan Pilpres Curang sehingga Kami Kalah

Sehingga, yang terjadi adalah mengulang salah. Narasi Pilpres Curang pada 2019 dilakukan oleh Orang-orang Kalah. Dan, Narasi Pilpres Curang pada 2024 dilakukan oleh Orang-orang yang Takut Kalah*

Itulah Pembodohan Publik yang dilakukan oleh Politisi dan Parpol yang menderita  Mental Politik Victim Mentality-Playing Victim. Jadi, saat ini, dan nanti Pasca 14 Februari 2024, Mental Politik Victim Mentality-Playing Victim terus menerus diperlihatkan. Bahkan, sebagai Alat Utama untuk

  1. Menolak hasil Pilpres (mereka yang kalah)
  2. Mengundang Massa agar melakukan Aksi Anarkis, Rusuh, dan Kerusuhan Sosial
  3. Membuka Jalan agar terjadi aksi-aksi Teror dan Terorisme
  4. dan lain-lain

Lalu, Apa yang Bisa (Kita) Kita Lakukan?

Opa Jappy | Indonesia Hari
WA +62 81 81 26 858