Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | “Tontonan Baru” seiring Pilpres Langsung adalah Debat Terbuka Capres-cawapres, dengan harapan Capres-cawapres (i) sampaikan visi misi, memperlihatkan kualitas politik, kemampuan dan ketrampilan interaksi, menunjukkan solusi cerdas terhadap hal-hal prioritas, serta (ii) tampilkan “sosok asli” ke hadadapan publik

Itu adalah harapan, walau waktu terbatas, namun menarik perhatian rakyat (yang punya hak pilih atau pun tidak). Namun harapan itu tetap mengharapkan dan berharap, karena Sekian Kali Debat Capres-cawapres, tidak memenuhi pengharapan publik terhadap Calon Presiden dan Wakil Presiden. Apa mau dikata, dalam ketidakpuasan, Rakyat menerima semuanya itu dengan lapang dada; sambil bingung dan pasti menentukan pilihan. Berikut Ini Catatan Saya

Note 1, Anies Muhaimin
Ini adalah pasangan dadakan dan tanpa rencana.

Anies, mantan Menteri (karena dipecat), Gubernur Terbodoh (versi Alogaritma Google) dan jadi Gubernur dengan Pilkada Terbrutal, serta jago silat lidah, mencoba peruntungan sebagai Presiden RI. Ia selalu menjual waktu saya bertugas di Jakarta, sebagai tolok ukur keberhasilan. Ia gagal mimpin Jakarta tapi mimpi Mimpin Indonesia. Agaknya, Anies, atau Bapak Anies Baswedan atau BAB, tak bisa bedakan antara mimpin dan mimpi.

Imin, melalui Gerbong PKB, diharapkan mampu menjadi ujung tombak dan kekuatan Politik (sebagian) Umat Islam Nasionalis, justru bergabung dengan Anies; yang punya rekam jejak dukungan Islam Transnasional. Dua Kubu berbeda Kutub dipaksa kawin, demi meraih jabatan dan kekuasaan.

Hasil Nonton Debat

Pasangan AMIN, dua-duanya, luar bisa! Keduanya hebat menjual dongeng masa lalu (apa-apa yang telah dibuat) dan dongeng baru (nanti jika terpilih). Dongeng yang enak didengar Telinga Kiri, dan langsung keluar dari Kanan. Mereka tidak memberikan apa-apa, selain deskripsi mimpi dan halusinasi ke/pada publik. Termasuk nyindir plus kritik-benci terhadap Keberhasilan Presiden Jokowi. Minimal, Amin telah tampil menghibur rakyat bagaikan sosok-sosok Komedian Stand UP Comedy.

Dengan itu, Amin bakalan nyungsep pada 14 Februari 2024; selebihnya akan tercatat pada sejarah sebagai Orang-orang yang pernah bermimpi jadi Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya, mereka berdua, Amien dan Imin, (akan) muncul pada Catatan Pinggir Sejarah sebagai Tragedi Orang-orang Kalah.

Note 2, Prabowo Gibran
Ini adalah Pasangan Ayah Anak, katenye, Bowo Niat Banget jadikan Gibran sebagai Cawapres; tanpa perintah serta paksaan

Prabowo Subianto, Purn Letjend TNI, dengan segudang prestasi. Jika diurut jauh ke belakang, Bowo punya banyak jejak sebagai Mantan.  Ia sempat dituduh ini-itu, namun sekedar tuduhan, dan tidak pernah diadili di/dalam Pengadilan Militer atau pun Sipil. Gibran, Bocil yang satu ini, tak bisa dibantah, menjadi Walikota karena ada campur tangan sebagian Relawan Jokowi (silakan bantah, jika saya salah nulis). Prestasi sebagai Walikota, bisa dibilang, biasa-biasa saja; namun karena ia anak Presiden, maka ada publikasi yang membesarkan namanya.

Hasil Nonton Debat

Praktis, dari hasil amatan waktu Debat dan Komen Amatiran di Medsos, GEMOY menguasai Debat Capres/Cawapres 2024. Mereka nyaris tak membantah dan menjatuhkan Lawan Politik (Kandidat Lawan), merasa diri terbaik, terbenar, terlayak, serta paling pas untuk Indonesia Masa Depan. Menariknya, mereka menunjukkan diri sebagai penjaga, pelanjut, dan penerus proses Pembangunan yang telah diawali oleh Presiden Joko Widodo. Namun, mereka pun punya titik lemah. Titik Lemahnya ada di Gibran, yang juga mendapat serangan dari sejumlah pihak. Si Gibran. Agaknya, Gibran tak pernah baca (dan belajar) dari/tentang Debat-debat Cawapres sebelumnya

Jadi Ingat, Pernyataan saya yang dikutip Antara 5 Tahun lalu (dan dipublikasi ulan oleh Media Dalam dan Luar Negeri; bahkan disinggung oleh Para Panelis saat Debat Cawapres. Waktu itu, diriku jadi bangga).

Debat antarcalon wakil presiden (cawapres) diperkirakan akan menarik karena keduanya datang dari latar belakang berbeda dan menjadi simbol pertarungan dua generasi.

“Debat cawapres juga akan semakin berbobot, dan berkualitas, apalagi jika Ma’ruf Amin dan Sandi mampu mengelola orasi mereka sehingga menarik perhatian publik,” kata pengamat politik sekaligus penggagas dan pendiri Gerakan Damai Nusantara Jappy M. Pellokila di Jakarta, Minggu. Ia menilai dua sosok yang datang dari dua generasi berbeda itu diharapkan bisa meyakinkan publik dengan jawaban-jawaban yang diberikan.

Keduanya bisa menghadirkan tontonan politik yang edukatif, kata Jappy, dan diharapkan bukan sekadar memberikan jawaban untuk ‘mematikan’ lawan bicara.

Pada debat ini, keduanya harus meyakinkan massa atau calon pemilih lawan. Itu bermakna. Sandi Uno, walau ia muda, harus bisa menunjukkan kepada generasi ‘seangkatan Ma’ruf Amin’ bahwa dirinya mampu, pas, pantas, dan berkualitas menjadi Wakil Presiden.”
Hal yang sama pun harus dilakukan oleh Ma’ruf Amin, dalam artian, walau ia termasuk dari generasi “zaman old”, namun ide, gagasan, pola pikir, serta kemampuannya diharapkan masih relevan untuk dengan generasi sekarang. Dengan begitu masyarakat akan bisa menilai siapa sosok yang paling pantas untuk menjadi wakil presiden mendatang.”

Jappy juga menilai kedua sosok tersebut selama ini memiliki rekam jejak yang baik dalam hal penguasaan seni mempengaruhi orang lain. Dengan begitu maka debat diperkirakan akan berlangsung seru dan menarik serta diharapkan tetap edukatif bagi masyarakat di Tanah Air.

https://www.antaranews.com/berita/811175/debat-cawapres-diperkirakan-akan-menarik

Karena tak baca dan belajar dari jejak digital, maka Gibran menunjukkan Keangkuhan Generasi Z. Mereka, umumnya, merasa kuasai IT, sehingga anggap diri lebih paham, tahu, mengerti dari Generasi sebelumnya.

Berulangkali, ia sebut masalah Zaman Now harus diselesaikan dengan Cara Zaman Now. Agaknya, Si Bocil ini lupa bahwa penyelesaian masalah harus melalui sejumlah Aspek Pendekatan, termasuk histori masalah sejak masa sebelumnya. Sehingga penyelesaiannya pun, harus dimulai pada akar masalah; bukan dengan cara tebang buang. Selain itu, Prabowo telah menunjukkan diri sebagai Negarawan Senior, yang juga ada kelemahan dan mengakui kelebihan Kandidat lain atau Lawan Politik. Dengan itu, Bowo sekaligus menutupi blunder yang dadakan dari Gibran.

So? Jika Anda memilih Gemoy pada 14 Februari 2024, Monggolah.
Tapi, saya belum memutuskan untuk itu.

Note 3, Gandjar Mahmud
Pasangan Ini tercipta karena Hasil Paduan ketidakrelaan dan di luar rencana utama; juga karena tak ada pilihan lain serta diupayakannya agar menjadi ujung tombak perlawanan.

Gandjar, Mantan Anggota Parlemen dan Gubernur, jauh sebelum jadi Kandidat Presiden, menurut info terbatasada bisikan ke PSI (dari ….) agar membangun narasi dukungan padanya. PSI pun melakukan berbagai pertimbangan; dan membuat Diaplay or Poster Besar Gandjar Pranowo Yeni Wahid for Presiden/Wapres pada 2024. Saya lihat poster itu ketika berkunjung di Kantor PSI. Agaknya, jalan PSI disambut publik; nama Ganjar pun semakin berkibar. Pak Lurah pun mengajaknya ke mana-mana.

Sementara itu, nun jauh di balik awan, sesuai plan, Sang Putri (akan) diusung jadi Capres. Namun, nama Gandjar, yang semakin pop membuat Si Pembuat Plan berang. Apa mau dikata, Gandjar pun direbut kembali, dan membuat framing bahwa Gandjar jadi besar dan namanya terkenal karena naik Banteng, bukan yang lain. Selanjutnya, Anda sudah tahu.

Mahmud Cawapres! Saya termasuk yang biasa-biasa saja mendengar hal tersebut. Sebab, Januari/Februari 2023, di Grup WA Indonesia Hari Ini, saya sudah sebut, Kemungkinan Mahmud jadi Cawapres; dan terbukti. Mahmud Cawapres! Jadi ingat, Lima Tahun Lalu, ketika ia  Gagal sebagai Cawapres Jokowi. Karena Jokowi terpaksa menerima Tekanan Parpol serta “Kekuatan Misteri” agar Menerima Ma’ruf. Jika Mahmud benar-benar terpilih, maka sejarah (akan) mencatat bahwa dua Profesor pernah jadi Wapres di Negeri Tercinta.

Hasil Nonton Debat

Agaknya, pada waktu Debat Capres-Cawapres, kedua Sosok ini, begitu menjaga kualitas kata, kata-kata, dan kalimat; walau ada juga jawaban yang tak pas dengan pertanyaan. Mereka jaga agar publik tidak mendapat informasi salah (seperti yang dilakukan Amin) atau membangkitkan luka-luka (seperti yang dilakukan Gemoy).

Karena kelebihan menjaga Itulah justru jawaban GAMA hanya ngambang di atas permukaan masalah (yang ditanyakan). Namun lebih baik dari dongeng dan mimpi (dari Amin) serta tidak selugas Gemoy. Sayangnya GAMA, pada Debat Capres Cawapres, tunjukan kekurangan diri sendiri dengan mengkritik kasar kinerja Pemerintah. Agaknya mereka lupa bahwa keduanya adalah bagian dari Pemerintahan sekarang. Entah. Atau, mereka hanya sekedar mau tampil beda dari Jokowi (yang sementara jadi bulan-bulanan PDIP Cs)?

Pada sikon dan konteks pertarungan politik Presiden Jokowi (+ rakyat yang mencintainya) vs Megawati (PDIP Cs), sangat terlihat bahwa secara keseluruhan atau sekitar 80%, GAMA lebih menunjukkan diri sebagai petarung dari PDIP untuk melawan Presiden Joko Widodo.

Nah. Jika pada 14 Februari 2024, Anda milih GAMA, Monggolah!
Tapi, saya belum berpikir untuk memilih satu di antara 3 Pasangan Calon tersebut.

Jika Terpaksa Harus Memilih, maka saya memilih yang bukan mewakili Permusuhan, Kebencian, Keangkuhan, Ketidaksukaan, Arogansi, dan Sok Kuasa. Tapi, Siapa ya?

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
WA +62 81 81 26 858