IMG-20240218-WA0020

Bojongkoneng, Jawa Barat | Pemilu, di dalamnya ada Pileg dan Pilpres, sudah berlalu. Walau seperti itu, kini, semua kandidat, masih harap-harap cemas; merekalah yang terpilih atau Lawan Politik. So, selamat wait and see dan harap-harap cemas. Kali Ini, saya fokus ke Pilpres, khususnya pada Bapak Anies Baswedan atau BAB dan Muhaimin Iskandar atau Imin; keduanya, BABIMIN atau AMIN, menurutku, membuat kejutan banyak orang, termasuk diriku.

Sejumlah pengamat menyebut bahwa Amin bakalan nyungsep; sedangkan GAMA GEMOY (akan) bersaing ketat; serta kemungkinan ada Pilpres putaran II. Faktanya, GAMA, diprediksi hanya mencapai 17/18% dari Total Suara Pilpres. Agaknya, nanti pada hasil akhir, Gemoy tak terkejar oleh Amin, apalagi Gama. Yah, apa boleh buat; Gama kena imbas dari Politik Kebencian terhadap Presiden Jokowi; selanjutnya Gandjar akan menikmati pensiun dan Mahmud kembali ke Kampus.

Bagaimana dengan Amin? Imin pasti kembali ngurus PKB, sedangkan BAB, yang Ph.D dan Prof, mungkin kembali ke Kampus (jika ada yang nerima lagi) atau pensiun, sambil mikirin bagaimana bayar hutang budi ke Surya Paloh dan Jusuf Kalla; atau nunggu nyapres lagi pada 2029. Who Knows?

Pemilih AMIN

Menarik lainnya dari Amin, walau tanpa Imin atau hanya BAB, suara pada Pilpres 2024, mencapai sekitar 25% (bisa 24 or 26%). Lalu, siapa pemilihnya? Tidak sulit memetakan, karena tersebar atau ada jejak digitalnya.

  1. Newsroom Kompas, dari 25% pemilih Amin, 74,8% memilih karena alasan atau Agama.
  2. Kecenderungan memilih Anies berdasarkan kesamaan agama sudah terlihat selama dua tahun terakhir pada sejumlah survei Pra-pemilu.
  3. Pemilih loyal atau Loyalitas Anies (juga berdasarkan Agama) yang ada pada Nasdem 22,1%, PKS 10,1%, Demokrat 8,8%.
  4. Loyalitas Anies, pemilih Perempuan 55,2%; pemilih usia 35-49 tahun 32,4%; pendidikan tinggi terbilang 22,2%; kelompok ekonomi (menengah 46,1% dan menengah ke atas 24,5 persen).
  5. Pemilih Milenial dan Milenial Z yang terpapar radikalisme agama.
  6. Pemilih di daerah yang percaya (jualan) keberhasilan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta.
  7. Pemilih dari/dan luar DKI Jakarta, terutama mantan Massa Aksi Penistaan Agama.
  8. Pemilih dari Barisan Sakit Hati, Igaris, dan oposisi lainnya.
  9. Pemilih dari Kelompok Islam Transnasional (yang berharap mendapat legalitas jika Anies sebagai Presiden).
  10. Pemilih yang mengharapkan Amin jadi Ujung Tombak NKRI sebagai Negara Islam atau pun berdasarkan Syariah Islam, seturut Visi Misi Perubahan Indonesia.

Opa Jappy, “Inilah Perubahan pada Koalisi Perubahan”

Pemilih Terpapar Radikalisme

Dari data di atas, ternyata, mayoritas pemilih Amin adalah Kelompok Perempuan dan Milenial; dan kelompok inilah yang paling banyak (dan mudah) radikalisme; mereka juga termasuk maniak platform Medsos. Berdasarkan data dari Hamli, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme 14 Februari 2022,  jumlah laki-laki dan perempuan hasil disurvei, yang terpapar radikalisme

  1. Perempuan, 12.3%.
  2. Laki-laki, 12.1%.
  3. Generasi Z, 14-19 thn 12.7%.
  4. Generasi Milenial, 20-39 thn 12.4%.
  5. Dari kesemuanya itu, 45.5% termotivasi aksi radikalisme,  agama, 45,5 %; sisanya karena solidaritas komunal, balas dendam, separatisme, dan lainnya.
  6. Hasil riset di atas,  pada tahun 2022, mengalami trend menaik. Dalam artian, motivasi dan potensinya sama, namun jumlah yang terpapar menaik, walau tipis.

Data dari Hamli tersebut jika dirangkai dengan laporan Sidratahta Mukhtar, (Peneliti ahli dari BNPT, 2016), maka, Anda jangan kaget. Menurut Sidratahta Mukhtar, intinya adalah, “Ada 2,7 juta orang Indonesia (1 % dari total penduduk Indonesia) terlibat dalam serangkaian serangan teror. Jumlah itu belum termasuk pengikut dan simpatisan jaringan teroris.”

Data dari Badan Intelijen Negara, Juni 2021, generasi milenial rentan terpapar radikalisme, sekitar 85%. Semuanya diawali pada ruang kelas, atau Sekolah, bahkan sejak TK hingga Perguruan Tinggi. Dari data 2016 – 2022, dengan trend menaik, Anda dan saya, bisa bayangkan  kira-kira populasi Orang Indonesia yang terpapar radikalisme. Mungkin saja mencapai 2-5%, Who Knows?

Selanjutnya?

Jumlah pemilih sesuai DPT dari KPU PUSAT sekitar 204 Juta orang; jika 25% memilih Amin, maka, gampangnya, ada 25 Juta orang Pendukung Anies (tanpa atau dengan Muhaimin). Timbul Tanya, Apakah ke 25 Juta pemilih tersebut terpapar radikalisme?  Atau, minimal (i) memiliki kecenderungan radikal (ii) cepat berpihak ke hal-hal yang bersifat membela agama (iii) mudah diajak dan mengikuti giat keragamaan yang bersifat intoleransi dan radikalisme

Tidak mudah untuk mendapat kepastian jawaban. Tapi, sikon dua tahun terakhir, semakin nampak dan jelas orang-orang yang memancarkan orasi dan narasi intoleransi beragama melalui berbagai media serta mudah diakses oleh siapa pun. Dari sikap intoleransi beragama tersebut, (akan) mudah menjadi radikal (dengan idiologi radikalisme). Dan, jika tidak ‘diselamatkan’ maka sangat berpeluang menjadi teroris.

Perlu Penyelamatan Generasi

Perhatikan, jumlah pemilih Amin (tanpa dan dengan Muhaimin) sekitar 25 Juta orang; dengan pemikiran positif, tak semuanya terpapar atau memiliki kecenderungan radikalisme. Tapi, bagaimana jika 10, 15, 20 Juta dari antara mereka benar-benar terpapar radikalisme, dalam pengaruh Igaris, dan Islam Transnasional? Maka, Kita, Anda, dan Saya, bertemu dengan jumlah Orang-orang Indonesia yang terpapar Radikalisme dan sejenisnya. Itu, sekaligus, bisa menjadi sangat banyak, mungkin mencapai 50 Juta orang dari Jumlah Penduduk NKRI. Dan, jika pada Pemilu/Pilpres 2029 dan selanjutnya, mereka akan lebih dominan. Atau, Kandidat Presiden seperti Anies yang terpilih sebagai Presiden.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Satu, Moderasi Beragama

Opa Jappy, “Moderasi Beragama”

Dua, Edukasi TSM Idiologi Pancasila

Idiologi Pancasila

Tiga,  Jangan Gunakan Politik Politisasi Agama

Politisasi Agama, Penistaan dan Merendahkan Agama

Empat, Menurut Anda?

Pastinya, Jika masih Cinta NKRI, maka jangan bekin onar, stop provokasi rakyat.

Mereka berseru sebagai korban Curang dan Kecurangan sekaligus mengundang perhatian Massa agar berpihak dan membela mereka.

Dan, jika eskalasi dukungan semakin menaik, maka terjadi upaya membakar emosi dan amarah Massa.

Massa yang seperti itu, (akan) mudah diprovokasi agar melakukan aksi-aksi sekaligus Anarkis

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini