download

LA Terrace, Jakarta Selatan | Sederhananya, kampanye adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan. Kampanye bisa dan biasa dilakukan oleh/pada berbagai kegiatan; dan utamanya pada proses pemilihan pimpinan (dan pengurus) di pada organisasi tertentu (ormas, keagamaan, kegiatan sekolah, kampus, dan partai politik), dan yang paling umum dilakukan adalah pada kegiatan politik.

Dengan itu, kampanye, bisa terjadi atau dilakukan pada semua bidang, utamanya kegiatan yang bersifat mempengaruhi orang lain untuk memilih seseorang, kelompok, atau hasil produksi tertentu.

Demikian juga (yang terjadi) pada Pilpres RI tahun 2024, semua calon presiden dan wakil presiden (akan) melakukan kampanye tertutup (dalam/di ruangan) dan terbuka atau area terbuka yang tanpa batas.

Isi atau muatan dalam/di pada waktu kampanye pun, wajib berisi sejumlah visi, misi, program, janji politik, dan lain sebagainya yang bersifat (upaya) menarik perhatian, mempengaruhi, dan menjadikan orang lain tertarik (dan juga memilih) orang (dan visi, misi, program, dan janji) yang dikampanyekan atau ditawarkan.

Itu yang seharusnya.

Kampanye (terutama di/dalam Perpolitikan Indonesia) bukan penyampaian janji-janji (surga) serta bualan politik; juga bukan berisi ‘live music teriakan yel-yel, umpatan, bahkan sekedar pengerahan massa bagaikan pasar malam.

Kampanye, juga bukan untuk memunculkan pemilih yang memilih (hanya) karena ‘emosi politik,’ ikut-ikutan, ikuti arus, berdasarkan ‘provokasi politik,’ dan terbuka kemungkinan ‘memilih karena berapa banyak rupiah yang didapat.

Prediksi Kampanye 2024

Sebentar lagi, NKRI akan memasuki Pemilu/Pilpres 2024, itu bermakna Negeri Tercinta (akan) ramai dan diramaikan dengan orasi dan narasi politik di/dan dari berbagai penjuru Tanah Air. Pastinya, memunculkan kembali euforia kemenangan pada 2019 yang lalu; kemudian dilanjutkan dengan upaya memenangkan Kandidat yang Nasionalis, serta mampu melanjutkan karya besar Joko Widodo, Presiden RI saat ini.

Dengan itu, maka Kampanye Pemilu/Pilpres 2024 (akan) diwarnai dengan beberapa hal menarik, antara lain

  1. Jika mengikuti mereka yang ada pada posisi pro pemerintah Jokowi, tentu saja, selalu membela pasangan tersebut; bagi mereka Jokowi merupakan presiden terbaik pada pusaran pusat kekuasaan negeri ini. Semua hal yang merupakan kebijakan, tindakan, keputusan pemerintahan dan kekuasaan, nyaris dibela atau diamini oleh para Jokowi Lovers. Bagi mereka, Jokowi seakan tak mempunyai kekurangan, dan tentu saja mereka adalah model pemerintah yang baik dan benar untuk bangsa ini.
  2. Sebaliknya; ya, sebaliknya, mereka yang berada pada “kursi oposisi,” menilai Jokowi belum ada apa-apanya atau pun sama sekali tak amanah untuk bangsa ini. Keduanya belum mencapai harapan publik, dalam rangka memperbaiki sikon bangsa akibat carut-marut pemerintah sebelumnya. Bahkan, element-elemen tertentu pada/dalam kelompok oposisi, masih saja mencaci Jokowi.
  3. Giat cacian dan pencacian tersebut, semakin menjadi-jadi, dan merambah ke berbagai srata dan komunitas sosial dan politik. Apalagi, pada era kini, jelang Pipres 2024. Rama-ramai jelang jelang Pipres tersebut, ternyata tidak menyurutkan aksi penyerang terhadap Jokowi.
  4. Agaknya, mereka yang ada dalam “posisi dan oposisi” sama-sama menjadi kekuatan saling berhadapan, terutama di media massa, dan kadang menjurus pada perang kata-kata yang tidak membangun dan bermartabat. Walau seperti itu, Jokowi tetap Jokowi, tak bergeming dengan segala pujian dan cacian; mereka tetap menjalankan tata kelola pemerintahan –memerintah- di/dalam frame apa adanya; dan menuju pada pencapaian program dan melaksanakan rencana kerja pemerintah. Sementara, pihak sebelah, terus meneruskan menyuarakan suara miring bahwa ‘pemerintah selalu salah dan tiada pernah benar.’

Pada konteks seperti di atas, bisa (saya) pastikan bahwa, nantinya pada masa Kampanye Pilpres 2024, hanya (akan) muncul segala bentuk penyerangan terhadap kandidat lain (terutama terhadap kubu Jokowi); dan upaya setengah payah bersifat pembelaan diri dari yang diserang.

Dengan demikian, isi narasi dan orasi pada kampanye, bakalan sedikit penyampaian program; tapi penuh janji-janji (surga) serta bualan politik. Kampanye hanya (akan) berisi ‘live musics,’ teriakan yel-yel, umpatan, bahkan sekedar pengerahan massa bagaikan pasar malam. Dengan itu, maka yang terjadi adalah pembodohan publik serta bukan edukasi politik.

Akibatnya,  (akan) memunculkan pemilih yang memilih (hanya) karena ‘emosi politik,’ ikut-ikutan, ikuti arus, berdasarkan ‘provokasi politik,’ dan terbuka kemungkinan ‘memilih karena berapa banyak rupiah yang didapat.

Tragis.

Semoga saya salah duga.

Opa Jappy | Suara PKR