Across 28 countries around the world, a Global Country Average of 59% rate doctors as trustworthy, while 57% say the same about scientists, with teachers in third place at 52%.

As in previous years, politicians are considered the least trustworthy with just twelve per cent considering them trusted. They are followed by government ministers (16%) and advertising executives (18%)

IPSOS

Menarik. Dari sejumlah survey sebelumnya, posisi Dokter, Ilmuwan, dan Guru/Dosen tak pernah bergeser dari Posisi Puncak Tingkat Kepercayaan Publik.

Demikian juga, Juru Iklan, Aparat Pemerintah, dan Politisi, posisi mereka tidak bergeser alias bertahan pada level terendah.

Lihat Laporan Lengkap di File .PDF

https://www.ipsos.com/en/global-trustworthiness-index-2022

Global trustworthiness 2022 Report

Saya tak bahas tingkat kepercayaan publik terhadap Dokter dan Ilmuwan, tapi pada Guru dan Politisi. Guru tetap menjadi profesi paling terpercaya ketiga, dengan tingkat kepercayaan mencapai rata-rata 52%; sementara politisi hanya 12%.

Negara-negara -tepatnya murid- yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi pada guru, antara lain,
1. China, 66%
2. Brasil, 64%
3. Cile, 63%
4. Polandia, 34%
5. Korea Selatan, 31%
6. Jepang, 17%
7. Malaysia, 9%
8. Italia, 8%

Bagaimana dengan Tingkat Kepercayaan Publik terhadap Guru di Indonesia? IPSOS menilai di bawah 8%. Prihatin. Ya, prihatin, karena faktanya, mayoritas mutu dan kualitas guru (terutama pada pendidikan dasar dan menengah) tidak memadai.

Padahal, pada proses pendidikan -formal maupun informal- tersebut, ada yang bertugas sebagai guru dan berfungsi untuk mengajar. Guru merupakan komponen strategis dalam dunia pendidikan.

Pendidikan adalah usaha yang sengaja, sistematis dan terarah untuk mencapai perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Karena merupakan persiapan untuk menghadapi masa depan, maka proses pendidikan terjadi dalam rentang waktu tertentu serta menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan.

Dalam proses tersebut (guru-murid – murid-guru) terjadi interaksi yang saling mempengaruhi, membagi ilmu pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman. Sehingga diharapkan, setelah selesainya proses pendidikan (bukan proses belajar, karena belajar terjadi selama hidup) pada jenjang tertentu, peserta didik memperoleh kompetensi pada bidang yang ia pelajari.

Ini adalah fakta real di Nusantara. Tugas utama guru adalah ajar mengajar; dikembangkan sehingga meliputi semua aspek dari/dan dalam pendidikan, misalnya bimbingan, pamong penasihat, konselor, pembimbing, dan lain sebagainya. Sehingga guru menjadi manusia maha tahu pada bidangnya di hadapan  murid-muridnya.

Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi,

  1. Pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa
  2. Dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai hal dalam bidang kemasyarakatan, guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab
    Karena juga merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa sebagai anaknya sendiri.

Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya. Nah.

Bagaimana jika ada Guru/Dosen dengan tingkat kepercayaan publik yang rendah? Sesuatu yang patut dijawab bersama.

Politisi

Memang Sungguh Tragis. Mayoritas Politisi, orasi dan narasinya, termasuk tak layak dipercayai. Itu yang diungkapkan juga oleh Charles Andre Joseph Pierre Marie de Gaulle, lebih dikenal dengan Charles de Gaulle, puluhan tahun lalu; jadi stop percaya begitu saja pada politikus.

Peringatan itu tak lekang oleh zaman dan tetap relevan hingga sekarang. Politikus termasuk golongan pepatah mulut manis jangan percaya, lepas dari tangan jangan diharap. Bahkan, Charles de Gaulle menyatakan,

Politikus tidak pernah percaya atas ucapannya sendiri. Mereka justru terkejut bila rakyat memercayainya.”

Betulkah politikus susah dipercaya? Paling tidak, riset Global Market Research and Public Opinion Specialist sudah terang benderang bahwa profesi, politikus ialah orang-orang yang paling tidak dipercaya di dunia.

Benarkah elite politik susah dipercaya? Faktanya, memang banyak di antara mereka yang omongannya tak cuma tak sesuai realitas, tetapi juga tak konsisten. Esuk dele sore tempe. Lain dulu lain sekarang. Dulu bicara sekarang ngomong Z.

Lidah memang tak bertulang. Apalagi, jika lidah itu organ dalam anatomi mulut politikus. Mulut yang kalau meminjam pesan Charles de Gaulle tak bisa dipercaya begitu saja.

Pasti, tidak semua politikus tak dapat dipercaya. Saya yakin, masih ada di antara mereka yang suka berkata benar, berbicara jujur, konsisten, tetapi saya tidak tahu berapa banyak jumlahnya.

Sumber:
1. Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
2. Jappy M Pellokila, Jappy Network