Screenshot_20231008_062905_Samsung Notes

Kemerdekaan Indonesia merupakan produk asli Bangsa dan Rakyat yang mengakui ke-Indonesia-annya sejak awal 1900an; dan mencapai titik awal kebersamaan pada 1908 dan 1928. Kemudian, pada 17 Agustus 1945, ketika Proklamasi diucapkan.

Ingat, tak ada unsur asing di/dan dari luar Nusantara ikut campur pada proses perjuangan tersebut (di Dalam Negeri dan Dari LN). Sehingga, ketika berita Kemerdekaan Indonesia, hanya beberapa hari setelah akhir Perang Dunia II; justru mengagetkan Negara-negara di Dunia, sekaligus menjadi perhatian Dunia Internasional.

Pada sikon seperti itu, beberapa Negara, yang kerusakan akibat PD II tak begitu parah, mengakui Kemerdekaan RI. Catatan Sejarah menunjukkan bahwa, Negara-negara tersebut, antara lain.

Mesir, 22 Maret 1946. Mesir, negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia. Sejak pengakuan kemerdekaan tersebut, Indonesia dan Mesir terus menjalin hubungan diplomatik sampai saat ini.

India, 2 September 1946. Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru, mewakili Negara India mengakui kedaulatan Indonesia.

Suriah, 2 Juli 1947, Suriah turut memperjuangkan persoalan agresi militer Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1947.

Vatikan, 6 Juli 1947, Pengakuan ini ditandai dengan dibentuknya Apostolic Delegate atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta. Ini adalah Kedutaan Besar Pertama dari Negara Lain di Indonesia. Vatikan menjadi negara Eropa pertama yang memberi pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia.

Irak, 16 Juli 1947. Dilanjutkan dengan hubungan diplomatik sejak 1950.

Arab Saudi, 1 Mei 1950. Negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Jadi, Palestina bukan “Negara Pertama” yang mengakui Kemerdekaan RI

Ingat, pada masa itu belum ada sebutan Negara dan Bangsa Palestina. Ottoman Turkey menempatkan Gubernur di Yudea (Orang-orang Arab menyebut diri, “Orang Arab yang tinggal di Yudea). Namun orang-orang Arab (yang eragama Islam) yang tinggal di Wilayah Yerusalem dan sekitarnya dipimpin oleh Seorang Mufti (pemimpin Agama dan Sosial).

Setelah Turkey kalah perang dari Inggris, Yudea dan sekitarnya berada dalam mandat atau kekuasaan Kerajaan Inggris. Saat itu, Mufti Agung Yerusalem dan sekitarnya adalah Shaikh Muhammad Amin Al Husaini.

Shaikh Muhammad Amin Al Husaini dikenal sebagai tokoh anti-Yahudi sekaligus anti-Zionis. Bahkan pada PD II, ia membentuk aliansi dengan Blok Poros, Nazi Jerman dan Italia, dan “Arab Palestina” sesuai klaim diri sendiri sebagai Ketua Pan Arab.

Nah …! Beberapa tahun terakhir, sejumlah kalangan di Indonesia menyebut bahwa Shaikh Muhammad Amin Al Husaini adalah Pemimpin Palestina yang mempunyai peran penting dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan pertama kali mengakui Kemerdekaan RI.

(Namun tak ada satu pun referensi terhadap hal tersebut. Kemudian mereka menyebut bahwa pengakuan itu pada tahun 1940, sebelum Indonesia Merdeka, melalui siaran Radio di Jerman. Walah, cocok-ilogi and klaim tanpa dasar).

Gagasan Politik Muhammad Amin al-Husayni. (i) Pendirian federasi atau negara pan-Arab, (ii) Menentang imigrasi orang-orang Yahudi ke Wilayah Israel, (iii) Pengangkatan dirinya sendiri sebagai pemimpin keagamaan Muslim dan pan-Arab.

1937 -1945, al-Husayni, yang mengklaim dirinya sebagai pembela kepentingan bangsa Arab dan dunia Muslim. Gagasan Politik tersebut menarik Nazi Jerman dan Fasis Italia. Sehingga al-Husayni dinilai sebagai Perwakilan Politik dan Spiritual Entitas Muslim pan-Arab.

Muhammad Amin al-Husayni pun menjadi sosok penting dan bekerja sama dengan pemerintah Jerman dan Italia. Ia menjadi (i) tokoh utama propaganda pro-Poros, anti-Inggris, anti-Yahudi melalui radio ke negara-negara Arab (ii) membuat aksi kekerasan terhadap orang Yahudi dan otoritas Inggris di Timur Tengah, (iii) merekrut para pemuda Arab Islam untuk bertugas di militer Jerman, Waffen-SS, dan unit-unit pendukung Tentara NAZI Jerman (Ini latar adanya banyak Tentara Jerman berlatar Arab Timur Tengah dan Arab Afrika pada Perang Duni II).

====

Muhammad Amin al-Husayni Kolaborator Nazi Jerman

“Nazi Jerman akan Menguasai Duni,” ambisi dan obsesi Adolf Hitler. Oleh sebab itu Jerman bersahabat dengan Fasis Italia untuk kontrol Afrika dan Timur Tengah. Asia hingga Pasifik akan berada dalam kekuasaan Jepang.

Untuk menaklukkan Arab, Jerman tertarik dengan Mufti Agung Yerusalem Muhammad Amin al-Husayni. Hubungannya dengan Nazi Jerman (1933-1945) dan dunia Arab mencakup berbagai hal, mulai dari penghinaan, propaganda, dan kolaborasi.

Hubungan politik dan militer yang kooperatif didirikan atas dasar permusuhan bersama terhadap musuh bersama seperti Inggris, Perancis, dan beberapa ideologi seperti komunisme dan zionisme. Kolaborasi berdasar anti-semitisme Nazi yang dikagumi oleh beberapa pemimpin Arab.

Kolaborasi yang terjalin antara Nazi Jerman dengan dunia Arab juga dipengaruhi oleh isu-isu mengenai kolonialisme dan kemerdekaan di dunia Arab. Amin al-Husayni yang dikenal sebagai anti-Yahudi dan zionisme, terutama saat berdirinya negara Yahudi di wilayah mandat Inggris di Palestina yang kini dikenal dengan Israel.

Untuk mencegah berdirinya negara Yahudi, Amin al-Husayni berkolaborasi dengan Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Secara diam-diam Amin al-Husayni bertemu dengan konsul jenderal Jerman bernama Karl Wolf, di dekat laut mati.

Dalam pertemuan itu Amin menyatakan dukungannya terhadap boikot anti-Yahudi selain meminta restu dan bantuan untuk mendirikan partai sosialis nasionalis di tanah Arab.

Proses pertemuan ini terus berlangsung sampai tanggal 21 Juli 1937 yang mana pada saat itu, Amin menemui konsul jenderal Jerman yang baru di Palestina bernama Hans Dohle. Pada pertemuan itu, Amin kembali menyatakan dukungannya terhadap Jerman melawan kaum Yahudi.

Tahun 1938, tawaran serta dukungan Amin diterima Nazi. Sejak saat itu, pada bulan Agustus Amin al-Husayni menerima bantuan keuangan dan militer dari pemerintahan Nazi Jerman dan Fasisme Italia (Srivanto, 2008). Hal ini jelas telah membuat pihak Inggris menjadi marah.

Intinya, Jerman dan Italia menggunakan al-Husayni sebagai alat untuk mendapat dukungan dan kerja sama dari para penduduk Muslim di wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali Poros dan untuk membangkitkan aksi-aksi kekerasan anti-Sekutu dan pemberontakan di tengah-tengah masyarakat Muslim yang tinggal di wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh Jerman.

Di Jerman, Amin al-Husayni bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Joachim von Ribbentrop. Secara resmi Amin al-Husayni bertemu dengan Adolf Hitler pada tanggal 28 November 1941.

Pada pertemuan itu, Amin memulai pembicaraan dengan menyatakan Jerman dan Arab memiliki musuh yang sama, yakni Inggris, Yahudi, dan Komunis. Ia mengusulkan pemberontakan Arab di seluruh Timur Tengah untuk melawan orang Yahudi dan Inggris yang masih menguasai Palestina, Irak, dan Mesir. Serta Perancis yang menguasai Suriah dan Lebanon.

Amin juga meminta kepada Hitler untuk membuat deklarasi publik yang mengakui dan bersimpati terhadap perjuangan Arab dalam mencapai kemerdekaan. Deklarasi tersebut diharapkan mendukung penghapusan negara Yahudi di Palestina.

Hitler menjanjikan akan menjadikan Amin al-Husayni sebagai Fuhrer atas seluruh dunia Arab, segera setelah Nazi menyeberangi pegunungan Caucasus dan melebarkan sayap di wilayah Timur Tengah.

Di mata Hitler sendiri, ideologi Islam, khususnya yang terkait dengan jihad dianggap komplementer dengan Naziisme yang bisa digunakan untuk melawan kaum Yahudi (Wibowo, 2022).

Setelah bertemu dengan Hitler, Amin bertemu dengan kepala SS, Heinrich Himmler. Himmler menugaskan Amin untuk merekrut orang-orang Arab ke dalam unit-unit militer yang bertugas di Balkan, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Tahun 1942, dibentuk Deutsch Arabische Infantire Batalion 845, Bala Tentara NAZI Jerman, beranggotakan para pemuda Arab Palestina. Semakin menunjukkan kedekatan atau berkolaborasi dengan Jerman. Kolaborasi itu berakhir karena karena Nazi Jerman kalah perang. Namun nasib sial menimpa Muhammad Amin al-Husayni, karena Jerman dan Italia kalah perang, ambisinya menjadi Ketua Pan Arab, gagal total.

Amin al-Husayni melarikan diri dan mencari perlindungan ke Swiss tetapi ditolak. Tapi ditangkap oleh pasukan Perancis dan ditahan di Constanz, tapi berhasil melarikan diri ke Mesir pada tahun 1946. Ia meninggal di Beirut, Lebanon, pada tanggal 4 Juli 1974. Meninggal sebagai bukan siapa-siapa.

Referensi

Mukthi. (2010, September 7). Nazi Muslim. Retrieved from Historia.id.

Ningsih, W. L. (2022, Agustus 8). Biografi Shaikh Muhammad Amin al-Husaini dan Perannya Untuk Indonesia. Retrieved from Kompas.com.

Srivanto, F. (2008). Kolaborator Nazi (Sepak Terjang Para Simpatisan Nazi Selama Perang Dunia II. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Wibowo, H. (2022). Mengapa Palestina Gagal Merdeka. Jakarta: Neosphere Digdaya Mulia.