2019-10-19 11.43.38-2

Samping WC Umum, Lenteng Agung Jakarta Selatan | Judul Lengkap Surat Terbuka, “Walikota/Wakil, Bupati/Wakil, Gubernur/Wakil, dan Pejabat Lain di Pemda NTT, Basong Beking Pesta di Antara Kemiskinan Si Miskin di NTT; Sonde Malu Ko?”

Menolak Lupa, Mengenal Garis Kemiskinan

  • Rumus GK = GKM + GKNM
  • GK = Garis Kemiskinan
  • GKM = Garis Kemiskinan Makanan
  • GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
  • GK merupakan penjumlahan GKM) dan GKNM.

Penduduk Miskin, adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Kebutuhan dasar makanan antara lain padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak.

Garis Kemiskinan Non Makanan merupakan kebutuhan minimum, antara lain perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Rumusan dan pemaknaan di atas, berlaku atau hampir sama pada seluruh Negara di Dunia. So, jangan ada yang ‘bohong’ tentang tiada rakyat miskin dan kemiskinan di daerah atau wilayah (Pemda).

Penduduk Miskin Provinsi NTT

Jejak digital menunjukkan bahwa,

  • Penduduk Miskin di NTT, debanyak 1.169,31 ribu orang (Maret 2021)
  • Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan 8,60 persen (Maret 2021).
  • Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan 25,08 persen (Maret 2021)
  • (Silahkan Hitung Sendiri ya).

Pendapatan Rakyat Miskin di NTT

  • Rerata pendapatan rakyat (miskin) Maret 2021, Rp 415.116/kapita/bulan.
  • Garis kemiskinan makanan Rp 324.545/kapita/bulan (78,18 persen)
  • Garis kemiskinan bukan makanan Rp 90.571,- /kapita/bulan (21,82 persen)

Covid-19 di NTT

Covid-19 di NTT? Tak perlu dibahas (lagi), semua orang sudah tahu and datanya terbuka di hadapan publik. Tapi, yang pasti, 6 Agustus 2021, NTT mencapai Rekor Tertinggi, Kasus Covid-19 Naik Tiga Kali Lipat. Mantab to. Juga, 31 Agustus 2021, ada Kasus baru: 10.534 dan Rata-rata 7 hari: 11.662. Sangat Mantab.

Covid-19 dan Peningkatan Angka Kemiskinan di NTT

Penjelasan dari Kepala perwakilan BKKBN NTT Marianus Maukuru, “Angka kemiskinan di NTT mengalami peningkatan dari 20,90 persen menjadi 21 persen selama pandemi. Karena tidak seimbangnya antara pendapatan dengan kebutuhan makan anggota keluarga. Kemiskinan dan masalah stunting di NTT menjadi persoalan yang masih erat kaitannya dengan jumlah kelahiran yang masih tinggi khususnya pada keluarga miskin. Kemiskinan bisa terjadi karena orang mempunyai pendapatan kecil tapi jumlah anggota keluarga yang ditanggung banyak.”

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, “Pandemi COVID-19 mengakibatkan tingkat kemiskinan di provinsi NTT secara persentase bergerak naik yakni pada Maret 2020 sebesar 20,90 persen menjadi 21 persen pada September 2020.-

Pesta Pora Pejabat Pemda NTT

Semau atau Helong (tempat kelahiran Keluarga Besar Gubernur NTT, VBL) adalah pulau kecil di Teluk Kupang. Pulau kecil ini, pada masa lalu, justru lebih maju dari Kupang. Kenangan di Pantai Otang, Pulau Semau, Kabupaten Kupang; tahun 1975/76, Saya masih SMA Negeri Kupang (Waktu Itu, satu-satunya SMA Negeri di NTT), sempat ke tempat tersebut. Dari pantai jalan setapak menuju Mercu Suar yang ada di Pulau Semau.

Agaknya, sekian puluh tahun berlalu, Pulau Semau, sudah semakin maju, dan menjadi destinasi wisata favorit di NTT. Apalagi ada sentuhan tangan VBL, tentu Semau semakin wah serta mentereng.

Mungkin Saja, ini hasil dari kucuri info dari Orang di NTT, dalam rangka memperkenalkan destinasi wah di Semau, maka Pemda NTT dan Owner Fasiltas Wisatawan di sana melakukan ‘Grand Launching.’

Pada Titik Itu, menurut saya, bagus, wajar, sudah benar, dan tak salah. Lalu, mengapa ada Vidio (yang viral) dan tanggapan negatif dari berbagai kalangan di NTT? Tentu ada yang minus dari ‘Grand Launching’ tersebut.

Catatan Jurnalis Kompas

Diperkirakan ratusan hingga seribuan orang berkerumun. Namun, kegiatan itu mengabaikan protokol kesehatan.

Cairan pembersih disediakan di meja, tetapi tidak diberikan ke setiap pengunjung yang datang. Pengukuran suhu, pembagian masker, terlebih tes antigen tidak dilakukan sebelum rombongan melakukan penyeberangan dari Kota Kupang maupun saat tiba di Pulau Semau, Kabupaten Kupang.

Selama kegiatan berlangsung dari pagi hingga malam, mereka berinteraksi tanpa menjaga jarak. Saat acara pemaparan, mereka duduk kurang dari 1,5 meter di aula yang penuh.

Sore harinya digelar acara hiburan di pantai dengan mengundang artis. Pejabat maupun peserta pun bernyanyi, bahkan berteriak-teriak sambil melompat-lompat dan baru bubar lewat pukul 00.00.

Luar Biasa; kata orang, “Itu acaranya Pak Gubernur NTT, sapa mau larang ooo!”

Jadi? Walau Kota Kupang termasuk daerah kategori PPKM level 4 dan NTT masuk kategori risiko sangat tinggi serta tren kematian dalam tujuh hari terakhir pun menunjukkan kenaikan, itu bukan halangan rintangan untuk Pesta Pora.

Sekali lagi, “Luar Biasa. Itu acaranya Pak Gubernur NTT, sapa mau larang ooo!”

Seandainya, hanya rai sa, jika ada satu tamu mengidap dan terinfeksi Covid-19, maka ia menjadi ‘saluran berkat Covid-19’ untuk seluruh tamu, bahkan semua penduduk pulau Semau (yang berjumlah sekitar 15.000 jiwa). Tak masalah to. Yang Penting VBL senang, semua pejabat gembira.

Semoga tak terjadi Endemik Covid-19 di Pulau Semau. (Endemik Covid-19 dalam arti infeksi dan penularan, serta dampak-dampak ikutannya (termasuk kematian) pada suatu lokasi secara geografis atau wilayah tertentu. Ini bisa terjadi, bahkan, peluangnya sangat besar). Kok Bisa? Bisa Saja. Karena, Pemda NTT telah membuka jalan cantik untuk endemi di Pulau Semau, bahkan bisa merata seluruh Flobamora.

Selanjutnya?

Tolong baca ulang tentang GK = GKM + GKNM dan Pendapatan Rakyat Miskin di NTT (di atas). And, dari sekitar 15.000 penduduk Pulau Semau, berapa yang di atas garis kemiskinan? Berapa banyak dari antara mereka yang menonto para Yang Mulia Pejabat Pemda NTT sementara berpesta? Entahlah.

Pastinya, Para Pejabat NTT tersebut telah menunjukkan ke Dunia bahwa, “Katong bisa pesta pora dari antara orang miskin dan area kemiskinan. Katong tak takut Covid-19. Beta pung pesta, apa urusannya dengan apa kata orang.”

Saudara-saudara-ku Tercinta yang jadi Walikota/Wakil, Bupati/Wakil, Gubernur/Wakil, dan Pejabat Lain di Pemda NTT; dari jejak digital, beberapa dari kalian, Beta kenal. Sebab, puluhan tahun lalu, Beta su pakai celana panjang, (Omong Kupang) Basong masih pakai baruk kode dan dadolek atau Saya sudah pakai celana panjang, kalian masih kenakan celana monyet dan kotor.

Saudara-saudara-ku Tercinta, pesan beta buat Basong samua, tolong lakukan sesuatu dengan pertimbangan yang holistik, jangan semaunya sendiri karena di Pulau Semau.

Sekali Lagi, Menolak Lupa

Sejak saat itu, 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu propinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia. Dengan segala kekurangan, kekuatan, serta potensi yang ada, rakyat NTT membangun negeri kelahiran. Negeri dan tanah kelahiran yang sudah ada sejak purbakala, yang menyimpan aneka kekayaan terpendam serta kergamanan unsur budaya suku seta sub-suku.

Sejak berdirinya, NTT berulang kali berganti pemimpin, dhi. gubernur, mereka bukan saja pusat pemerintahan wilayah, namun sekaligus sebagai pemuka masyarakat dan rakyat NTT.  Para gubernur tersebut telah menanam dan menumbuhkembangkan banyak hal untuk perkembangan dan kemajuan NTT.

Timbul Tanya, “Apakah Pesta Pora di Pulau Semau itu, adalah bagian dari kegiatan gubernur dalam rangka menumbuhkembangkan banyak hal untuk perkembangan dan kemajuan NTT?”

Semoga Jawabannya, Ya. Jika, salah, maka Beta hanya bisa omong, “Kasian deh lu rakyat NTT.”

Cukuplah

Opa Jappy | Jakarta News

WA +62 812 860 32 120