Batu

Salah Paham tentang Arab

LENTENG AGUNG, JAKARTA SELATAN || Banyak masyarakat Indonesia, yang salah paham atau gagal paham terhadap bangsa Arab.

Kesalahpahaman itu lantas menyebabkan penilaian yang tidak akurat dan tidak valid terhadap bangsa Arab it sendiri. Setidaknya ada tujuh kesalahpahaman tentang bangsa Arab.

Pertama, bangsa Arab itu sebagai ‘bangsa Muslim’. Memang, mayoritas bangsa Arab adalah Muslim, namun ada juga yang non-Muslim. Sebagai bangsa lainnya, masyarakat Arab juga memeluk agama yang beragam. Mulai dari Kristen, Yahudi, Druze, Baha’i, bahkan ada yang ateis atau agnostik. Arab Kristen adalah kelompok non-Muslim Arab yang paling dominan.

Meski Muslim, bangsa Arab juga beragam. Ada yang Sunni, ada yang Syiah, dan ada juga yang Ibadi. Sunni menjadi mazhab dominan, tapi Syiah juga juga banyak sekali dan tersebar di Irak, Saudi, Libanon, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan lain sebagainya.

Kedua, bangsa Arab itu sama dengan Arab Saudi. Banyak yang menganggap kalau bangsa Arab itu adalah Arab Saudi dan menganggap Arab Saudi sebagai tolak ukur atas bangsa Arab secara umum.

Persepsi ini sama sekali tidak akurat karena bangsa Arab bukan hanya di Saudi saja tetapi juga tersebar di berbagai negara.

Merujuk laporan Charter of the Arab League, ada sekitar 22 ‘negara Arab’ di Timur Tengah yang bahasa resmi atau bahasa nasionalnya adalah bahasa Arab. Yaitu Arab Saudi, Aljazair, Bahrain, Comoros, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab dan Yaman.

Ketiga, Arab sebagai bangsa monolitik atau homogen yang mempraktikkan tradisi dan budaya yang sama. Misalnya anggapan bahwa semua laki-laki Arab memakai jubah, berjenggot, sementara perempuannya memakai cadar.

Pandangan seperti sangat fatal. Banyak juga orang Arab yang mengenakan pakaian ala Barat dan banyak perempuan yang tidak bercadar. Sebagaimana suku-bangsa lain di dunia ini, Bangsa Arab juga bangsa heterogen dalam segala aspek kehidupan bahkan bukan hanya soal adat-istiadat, tradisi dan budaya mereka saja tetapi sampai pada masalah teologi-keagamaan, pandangan perpolitikan, sistem pemerintahan, sistem perekonomian, dan lain sebagainya.

Keempat, bangsa Arab mengikuti sistem politik pemerintahan Islam. Negara-negara Arab memiliki sistem politik pemerintahan yang beragam.

Ada yang menerapkan sistem monarki seperti Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Yordania, Maroko, Oman, dan lainnya. Ada yang sistem pemerintahannya republik seperti Mesir, Yaman, Sudan, Libanon, Aljazair, Suriah, Irak, dan lainnya.

Sebagai negara-kerajaan pun mereka berlainan: ada yang mengikuti sistem kesultanan (seperti Oman), monarki konstitusional (seperti Kuwait), keamiran (Qatar), kerajaan federal (seperti Uni Emirat Arab), dan seterusnya.

Menariknya, negara-negara Arab menolak sistem politik-pemerintahan model khilafah yang oleh sebagian umat Islam di Indonesia justru didengung-dengungkan.

Kelima, negara-negara Arab itu kaya raya karena memiliki sumber minyak. Pandangan seperti ini juga tidak sepenuhnya benar. Banyak sekali negara Arab yang miskin, bahkan lebih miskin dari pada Indonesia.

Negara-negara Arab yang cukup makmur dan kaya itu hanya kawasan Arab Teluk saja seperti Saudi, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Oman.

Keenam, Arab identik dengan Suku Badui yang hidup berpindah-pindah. Pandangan ini juga tidak tepat karena banyak masyarakat Arab yang tinggal dan menetap di kota-kota.  Ketujuh, bangsa Arab itu kolot dan konservatif yang gaya hidupnya konservatif dan kuno. Padahal banyak masyarakat Arab yang gaya hidup dan pola pikirnya modern dan maju.

Melihat keragaman dan kerumitan bangsa Arab ini, maka dengan demikian jelaslah bahwa jika ada sekelompok umat Islam di Indonesia yang seolah-olah meniru gaya ‘orang Arab’ dalam berpenampilan (dengan berjubah, berjenggot atau bercadar, misalnya).

Sebenarnya yang mereka tiru adalah ‘Arab imajiner’ atau ‘bangsa Arab’ seperti dalam ‘alam imajinasi’ sekelompok Islam itu, bukan Bangsa Arab di alam nyata.

Dari Berbagai Sumber
Sumber Utama:
Sumanto Al-Qurtuby

Editor: Opa Jappy
Jakarta News


Kita ramai dengan Perusahan China yang menang tender berbagai Mega Proyek di Indonesia, bahkan dituding sebagai pintu masuknya komunis (lagi); kemudian disebar sebagai pengulangan pra-1965/1966. Padahal, investor dari China menang tender secara terbuka, gunakan kontraktor Indonesia, dan dana mereka disalurkan melalui Bank-2 di Indonesia.

So, apa masalahnya?

Nah, bagaimana dengan milyaran Dollar dana Wahabi mengalir ke Indonesia?

Hamzah al-Hasan, aktivis Saudi mengungkapkan bahwa, “Berhati-hatilah dengan dinding kaca rumah kalian, jangan kalian melempar batu ke arah dinding rumah pihak lain, karena sekali saja batu terlempar ke arah kalian, maka tidak akan tersisa rumah kalian.

Meski semua pejabat al-Saud berwatak ekstrim, akan tetapi sebagian mereka lebih ekstrim dan menuntut konfrontasi politik, ekonomi, dan bahkan keamanan.

Dukungan dana Riyadh kepada kelompok Wahabi atau pun yang berkiblat serta se idiologi dengan, sudah dilakukan sejak lama.”

Di antara kelompok-kelompok radikal, Wahabi lebih menonjol ketimbang yang lainnya; kelompok ini selalu difasilitasi secara luar biasa baik dari segi finansial maupun dukungan lainnya.

Para pentolan Wahabi menulis buku, menyiarkan program-program televisi, radio, dan lain sebagainya, agar mendapat dukungan umat dari berbagai penjuru dunia.

Opa Jappy
👍👎👍👎👍👎👍

KH Aqil Siradj memberi wawasan kepada umat Islam di Indonesia serta warga Negara Indonesia akan gawatnya gerakan radikalisme di Indonesia.

KH Aqil Siradj memberi wawasan kepada umat Islam di Indonesia serta warga Negara Indonesia tentang gawatnya gerakan radikalisme di Indonesia:

Menurut prediksi Kyai segawat apa Radikalisme di Indonesia?

Ya kita semua harus waspada, bukan hanya aparat, tapi juga warga NU. Jaga keluarga jangan sampai anak tiba-tiba jenggotnya panjang, tiba-tiba bergamis dan bercelana cingkrang atau tiba-tiba bercadar. Sejak dini haerikut petikan wawancara dengan beliau:

Menurut prediksi Kyai segawat apa Radikalisme di Indonesia?

Ya kita semua harus waspada, bukan hanya aparat, tapi juga warga NU. Jaga keluarga jangan sampai anak tiba-tiba jenggotnya panjang, tiba-tiba bergamis dan bercelana cingkrang atau tiba-tiba bercadar. Sejak dini harus diantisipasi Insya Allah tidak akan membesar. Agendanya ISIS tahun 2017 masuk ke Indonesia tahun 2022 Indonesia sudah harus jadi khilafah, itu tujuan mereka.

Alasan yang digunakan adalah karena Indonesia muslim terbesar di dunia tapi alasan yang sebenarnya adalah menguasai sumber daya alam, sebagaimana yang dilakukan ISIS di Suriah dan Irak. Mereka menguasai ladang-ladang minyak.

Yang melahirkan ISIS itu adalah Mus’ab Zarqawi, warga negara Jordan yang tinggal di Tel Aviv, dia bertato. Abu Bakr Al Baghdadi nama aslinya Ibrahim bin Awwad bin Ibrahim Al Badri. Dia dari Al Qaeda Irak. Osama bin Laden terbunuh maka Al-Qaeda redup. Abu Bakr ambil ISIS dan berhasil mengacaukan dunia Islam dan tatanan kehidupan dengan kesadisannya.

Artinya kita harus Waspada?

Yang harus diwaspadai bukan semata-mata ISIS tapi radikalismenya. Mewaspadai pesantren dan yayasan yang mengajarkan ajaran yang melihat secara hitam-putih, yang radikal yang ekstrem, yang anti kebhinekaan. Basis ideologinya Wahabi. Wahabi sendiri bukan teroris, malah wahabi mengutuk terorisme.

Tapi ajarannya membuka peluang terjadinya radikalisme dan terorisme.

Kalau anak-anak muda didoktrin tawasul, ziarah kubur, maulid nabi bid’ah, sesat, dan kafir, bisa-bisa nanti orang NU dibunuh dong. Ini kan bibit radikalisme dan terorisme.

Makanya anak-anak pengebom itu keluaran pesantren wahabi, bukan keluaran pesantren Lirboyo, bukan keluaran pesantren Tebuireng Jombang, bukan. Patut diduga tujuan utama radikalisme dan terorisme untuk menghabisi NU.

Kabar dana terorisme dari Saudi itu bagaimana?

Dana itu bukan dari pemerintah Saudi, melainkan mengalir melalui LSM. Pertama kali masuknya Wahabi kan dari LIPIA dibangun di Indonesia pada tahun 1980 yang direkturnya Abdul Aziz Ammar, seorang bujangan dapat istri keturunan Arab Bogor. Melalui dia mengalirlah dana dakwah Wahabi ke Indonesia.

Betapa terbukanya negara Indonesia ini, orang Saudi bebas mengalirkan dananya untuk ekspor ideologi transnasional dengan dalih dakwah dengan mendirikan pesantren-pesantrennya.

Apakah banyak masjid-masjid NU yang dikuasai atau diambil alih oleh gerakan wahabisme?

Sebetulnya tidak banyak, masih lebih banyak masjid Muhammadiyah yang diambil Wahabi.

Fenomena masuknya wahabi di masjid-masjid NU ini pelan-pelan.

Awalnya mengabdi.

Membersihkan masjid, trus tidak minta honor mereka, lama kelamaan ikut rapat.

Dia usul Jum’at depan yang khotbah si “A” ya..

Datanglah pengkhotbah yang radikal. Yang ketahuan sudah kita usir itu, seperti di Cianjur.

Masjidnya dibantu oleh Saudi terus ulamanya Wahabi.

Jamaah NU menolak semua. Warga NU mengancam kalau imamnya masih orang itu, warga Nu tidak mau shalat Jum’at di situ.

Walhasil Arab sekarang sedang kehilangan semuanya. Coba di Irak itu yang negbom siapa, tujuannya apa, yang dituju siapa tidak jelas. Di Irak ini tidak ada yang mengaku, ini lebih berbahaya. Ini menunjukkan masyarakat sudah frustasi. Ini sudah caos seperti tidak ada pemerintahan.

Tujuan pengeboman situs-situs Islam seperti pengemboman terbaru di makam Sayyidah Zaenab di Suriah supaya Islam tidak punya lagi kebanggan, supaya Islam kehilangan identitas.

Islam Nusantara | Jakarta News